Wednesday, September 28, 2005

Meminta Mama pada Tuhan




Mencoba menerapkan doa baru setiap hari
pada anak, yang terinspirasi oleh kebiasaan seorang sahabat
yang kuanggap amat bagus, ternyata membutuhkan proses bertahap, tetapi tampaknya tidak
terlalu lama.

Awalnya anakku Jilannisa tak begitu saja menangkap apa yang kukatakan
tentang doa baru ini, juga pertanyaan pancingan yang kuberikan. Apalagi
aku harus terbata-bata mengarang kata yang tepat, mencocokkan dengan
bahasa Jepang yang sekarang masih lebih dimengerti olehnya. Tapi aku
tak bosan mengulang.

Akhir-akhir ini, setiap mau tidur, setelah
berdoa dan sambil rebahan aku selalu mencoba memancingnya untuk mengungkapkan
keinginan-keinginan, mengingatkan bahwa Tuhan akan selalu mendengar setiap doa
dan harapan. Setelah aku sendiri memberi contoh apa yang kuinginkan esok hari,
atau apa yang ingin kuminta dalam doa sebelum tidur, ia kelihatan mulai
terpancing.

“Hari ini dalam doa kita, Jilan mau minta
apa sama Tuhan?, tanyaku suatu malam sambil membayangkan ia akan meminta
hal-hal biasanya sangat diinginkannya, semacam mainan, es krim atau coklat
kesukaannya.

 “Etooo, Jilan wa, Tuhan ni, doa no naka
deeee
……..(mmm, Jilan, dalam doa, sama Tuhan mauuu….)”, matanya metatap
kelangit-langit kamar, berfikir dengan kepala agak dimiringkan ke kanan. Tangan
dan kakinya merapat memeluk boneka biru lembut berbentuk pingguin di atas perutnya. Ia
seperti bayi berukuran besar dimataku. Rasa cintaku mengalir, menggetarkanku.

“Ayo gadis…mau minta apa? Kalau kita selalu
berdoa dan mengingat Allah, Ia akan mendengar dan mengingat kita juga, dan
IsnyaAllah mengabulkannya. Sebab, Ia maha penyayang, sangat sayang pada
Jilan, mama, papa dan semua mahkluk-Nya…”, pancingku lagi, sambil membelai
rambutnya perlahan.

“Jilan mau minta mama sama Tuhan!”,
tiba-tiba ia berkata yakin. Senyumnya mengembang. Hatiku bersorak, gembira dan
bersyukur karena ini pertama kalinya ia mulai mengungkapkan keinginannya dalam
program doa baru setiap hari yang ingin aku terapkan ini.

“Mama?, kenapa gadis mau minta mama?”,
kataku bingung bercampur senang.

“Iya, habis, Jilan kan sayaaaang sekali sama mama… Jilan nggak
mau, kalau mama menghilang lagi seperti tadi pagi”, matanya yang indah
menatapku polos.

“Tadi pagi?”

“Ng, waktu Jilan nakal”, ia tersenyum malu.


Tak mampu berkata-kata,
kurengkuh buah hatiku ke dekapan, kuyakinkan ia bahwa mama akan
berusaha  selalu ada untuknya, karena ia adalah segalanya.

“Ah…”, peristiwa yang kupikir telah dilupakannya itu kembali muncul
ke dalam ingatanku.



Tadi pagi, ketika di rumah hanya ada kami
berdua, Jilan tak mau kupakaikan baju sehabis mandi. Bagaimanapun aku mencoba,
ia selalu berhasil mengelak dengan berlari atau bergulingan kesana kemari.
Kalau aku berhasil memaksakan memasangkan kaos dalamnya, baru sampai di leher,
dengan segera ia mencopotnya lagi, lalu sengaja bergulingan di atas kasur,
terkekeh-kekeh senang, begitu seterusnya sampai aku mulai tak sabar. Grrhhhh….
Gadis kecil yang sebentar lagi 4 tahun usianya ini mempunyai gerakannya yang
lincah dan hampir tak pernah bisa diam. Lama-lama, rasa marah karena
dipermainkan bisa meledak juga tampaknya. Mmmmhh………

Untunglah niatan untuk belajar menjadi
lebih sabar masih tertanam di lubuk hati. Alih-alih hatiku nantinya yang akan
menjadi lelah dan sedih karena harus marah, aku mengancam kalau ia tak menurut
juga, akan kutinggal sendiri. Lagipula, kupikir percuma memarahinya sekarang,
ia sedang senang menggoda mamanya, mungkin segar sekali sehabis mandi? Aku
menghentikan usaha memakaikan baju dan berlalu ke kamar mandi, sambil
menenangkan diri dan memasukkan pakaian kotor ke mesin cuci. Tiba-tiba timbul keisengan
untuk mengetahui apa gerangan reaksi anakku, kalau aku acuhkan dan benar-benar
menghilang. Aku pun masuk ke kamar mandi. Pintunya kubiarkan terbuka sedikit
dan mematikan lampunya.

Ketika mulai menyadari aku tak ada
disampingnya, Jilannisa mulai memanggil dan mencari keseluruh pelosok
apartemen.

"Mama?”

“Mama…? mama doko? (dimana)……?”, suaranya masih PD. Tapi ia tak melihatku dimanapun.

Awalnya masih dengan suara menggoda. Tapi ketika tak menemui
siapapun, suaranya pun mulai berubah perlahan, menjadi terdengar pelan, ragu
bercampur cemas…

“Ma....ma…..”, . Tampaknya mulai merasa kehilangan.

Ia mencariku ke toilet di sebelah kamar mandi, lalu balik lagi ke ruang tengah, setengah berlari.

“MAAAMAAAA…….nnggghhh…..”, terdengar suara yang mulai ingin menangis.


Tak jua menemukanku, ia muncul kembali
mendekati kamar mandi. Bayangannya jelas terlihat olehku dari balik pintu. Aku
menunggu.

Ia
berhasil menemukanku beberapa saat kemudian setelah mencoba memeriksa
dengan mendorong pintu kamar mandi. Dipeluknya aku dengan lega. Aku
keluar dengan senyum sambil berlagak seolah tak pernah terjadi apa-apa.
Bedanya sekarang, aku bisa memintanya memakai baju dengan mudah, tanpa
kendala sedikitpun (hi hi hi).

Ah, rupanya peristiwa itu sangat berbekas baginya.

***

Anakku
sayang, belahan hati…,aku jadi ingat perkataan para ahli bahwa pada
anak-anak seusiamu sekarang, daya ingat sangatlah berkembang optimal.
Ah, aku harus lebih hati-hati, lebih banyak belajar dalam bersikap,
lebih bersabar dan mendekatkan diri pada Allah. Agar aku bisa, agar aku
dapat mengisi hari-hari indah tak ternilai bersamamu dengan benar…
Doakan juga mamamu ini ya nak…



Kanazawa
, 27 September 2005

Henny Herwina Hanif




Friday, September 23, 2005

(Liputan 2) Undangan amat terbatas pada pernikahan tradisional Jepang




Kanazawa, 27 Agustus 2005. Setelah sekian lama, akhirnya dapat kesempatan juga meliput upacara perkawinan tradisional Jepangnya teman, Tanaka san (istri) dan Komura san (suami).

Salah satu penyebab kelangkaan kesempatan melihat upacara perkawinan secara tradisional ini adalah, karena pestanya amat mahal. Seorang undangan diharuskan membawa amplop berisi uang sekitar 40 ribu yen atau lebih dari 3 juta rupiah (bisa lebih, tergantung status ekonomi).

Sebagai gambaran, seorang teman mahasiswa pernah harus menabung khusus, untuk dapat menghadiri pernikahan sahabatnya. Walaupun sebagai pelajar ia sudah mendapat diskon, tapi tetap saja jatuhnya diatas 20 ribu yen, atau diatas 1.5 jutaan. Bayangkan kalau dalam waktu berdekatan anda menerima beberapa undangan :)

Makanya tuan rumah pun sangat berhati-hati memilih siapa yang akan diundang. Biasanya kerabat amat dekat, beberapa orang saja dan petinggi di tempat bekerja (teman akrab sekalipun, sering tidak termasuk nominasi undangan, hiks)

Biasanya untuk teman dekat, agar meringankan, diadakan pesta susulan di restoran atau hotel. Pada pesta susulan ini, jumlah uang yang perlu dibayar lebih sedikit, hanya untuk makanan, sekitar 5-10 ribu yen, diluar bingkisan :). Acaranya pun tidak formal lagi.

Sebagai reporter, kita tidak dikategorikan undangan, boleh datang dan meliput tapi tidak semua bagian. Ruang resepsi tradisional benar-benar hanya buat "para undangan".

Bagaimanapun ini adalah salah satu pesta yang indah dan mengharukan, yang pernah saya lihat. Semoga menjadi pertautan hati yang kekal dan bahagia Tanaka san, eh Komura san....
Omedetou gozaimasu....

Friday, September 2, 2005

Innalillahi wainailaihi rojiuun...6 dari 7 awak dan penumpang telah berpulang...





Setelah doa, harapan dan simpati para sahabat kami terima disini,
akhirnya...secercah harapan akan adanya kabar yang mengatakan bahwa
selain co pilot, ada korban lain yang masih hidup, harus berhenti pada
satu titik. Kepasrahan pada kehendak Ilahi...



Innalillahi wainailaihi rojiuun...



21.17 waktu Jepang, 19.17.WIB, setelah mendengar kabar terakhir lewat telepon langsung dari mulut sang istri, Fenny Harison.



"Maafkan kesalahan Uda ya..., biar beliau tenang menghadap-Nya...",
bisiknya tegar.  Aku tak bisa membayangkan, jika aku yang berada
pada posisinya saat ini.



"Hanya kebaikan Uda saja yang teringat Ni..", ujarku sejujurnya.
Terdengar suara isakan, membuat suaraku tersendat dan sulit
berkata-kata.



Dengan sekuat tenaga aku mengendalikan kesedihan yang menggigit,
kuusahakan menyampaikan kata-kata untuk tetap tabah dan menguatkan
diri. Kata-kata yang mungkin telah didengarnya dari puluhan orang lain
pula. Ya Tuhan, apalagi yang sebaiknya kukatakan untuk dapat sedikiit
saja meringankan penderitaan yang sedang menimpa saudaraku ini?



Ia mengiyakan, berterimakasih...



"Anak-anak bagaimana ?" tanyaku kemudian ketika telepon berpindah pada kakak yang lain. Keluarga telah berkumpul di rumah duka.



"Alhamdulillah, anak-anak bisa sabar...", suara diseberang sana
menjelaskan bahwa keluarga telah bisa menerima kenyataan dengan tenang
dan tawakal. Suara yang terkendali, seakan aku, kami yang di Jepang inilah yang harus ditenangkan.





Selly, Naila, Sarah sayang...alangkah tidak ringan cobaan ini, tetapi
alangkah tegarnya kalian. Setegar mama kalian, dan tentu...sekuat
papa...



Seteguh niatnya berbakti pada negara, sekuat usahanya untuk selalu berusaha membela kebenaran sampai ajal menjemput...




Da Cong,

Biarlah air mata ini menetes melepasmu pahlawan...

bersama 5 jiwa yang saat ini telah menemui Sang Pencipta

Allah yang Maha Agung



Selamat jalan putra bangsa...


Lelaki yang pengasih...

Kami Mencintaimu...

selalu...



teriring doa,



"Ya Allah, ampunilah dosa saudara
kami Uda Cong (Harison Harmaini) dan angkatlah derajat kemuliaan ke
kelompok orang yang mendapat hidayah, berilah ganti keturunan
dibelakangnya, ampunilah dosa kami dan dosanya, wahai Tuhan pemelihara
alam semesta, lapangkanlah kuburnya dan terangilah tempatnya dalam
kubur". (Diriwayatkan Muslim).



dan renungan bagi diri;



"Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi (dan tidak pula) pada
dirimu sendiri, melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh)
sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah
mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan
berduka cita terhadap apa-apa yang luput darimu, dan supaya kamu jangan
terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah
tidak menyukai orang-orang yang sombong, lagi membanggakan diri".
(Al-Hadid: 22-23).






Kanazawa, 2 Sepetember 2005

Henny-Uda-Jilannisa



Catatan:

 

Foto adalah
Kombes Pol Drs Harison Harmainy M.Si.

(salah seorang perwira yang tewas dalam kecelakaan helikopter yang membawa rombongan Mapolda Sumbar dalam
penerbangan dari Padang Aro, Ibukota Kabupaten Solok Selatan serkitar
pukul 14.00 WIB, 1 September 2005 dalam rangka kunjungan kerja pengawasan hutan di
kabupaten tersebut terhadap praktik illegal logging dan pembakaran
hutan).



- Berita mengenai para korban pada 2 sept 2005 ada di sini
 


dan disini

- Percakapan terakhir dengan istri (Harison Harmainy)

- Sampai malam hari, 3 Sept 2005, upaya evakuasi korban

  masih berjalan, terhambat cuaca dan kondisi medan


-
Berhasil dievakuasi subuh, hari ini korban disemayamkan di


  Taman Makam Pahlawan Lolong Padang, 4 Sept 2005

- Berita suasana saat pemakaman TMP Lolong Padang 5 Sept 2005
















































Thursday, September 1, 2005

Penting!: Sahabat, Mohon diberi kabar jika ada info terakhir ttg Helikopter jatuh di Sumbar...




Betapa Tuhanlah yang maha penentu...

Sekiranya sahabat menemukan adanya  berita terbaru dari sumber  lain yang bisa ditemukan, mohon informasinya...


Berita selengkapnya yang tersedia di media lokal bisa dilihat di:


http://padangekspres.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=944


Cuplikannya:

Padang, Padek-Indonesia kembali berkabung. Sebuah helikopter yang membawa rombongan Mapolda Sumbar terjatuh di di kawasan hutan lindung perbatasan Padang-Solok, persisnya di kawasan perbukitan Hutan Raya Bung Hatta, Lubuk Paraku. Awak helikopter yang terdiri dari pilot dan Co pilot serta lima penumpang dilaporkan diduga tewas.

Di antara lima penumpang dua di antanya perwira menengah Mapolda
Sumbar, masing-masing Direktur Reskrim, Kombes Pol Drs Harison Harmainydan Direktur Intelkam Kombes Pol Drs Bambang Irawan. Pilot bernama Kompol Danny dan Co Pilot helikopter bernama Ipda Asep.

Sementara tiga korban lainnya Kasi Identifikasi Mapolda Sumbar, AKP
Jurnalis Johor, anggota Reskrim Mapolda Sumbar Bripda Welly Pramana. Ikut bersama rombongan itu juga salah seorang wartawan senior Harian Singgalang, Erman Tasrial yang juga
Ketua Forum Wartawan Unit PolriPolda Sumbar.


Berita terbaru dari media nasional, 12.47 WIB disini



Demikianlah, atas bantuan yang diberikan, kami mengucapkan terima kasih yang tak terhingga



Atas nama keluarga besar Kombes Pol Drs Harison Harmainy

Fenny Harison
(Istri),

Henny Herwina & Edian Enif (adik)

Note: last up date 15.54 WIB