Sunday, September 19, 2010

"Kenapa sih, Jilbabnya Kok Panjang Sekali?"

Pada sebuah acara temu akbar alumni di fakultasku di Padang, seorang senior dua tahun diatasku yang telah sukses menjadi anggota dewan di Jakarta tersenyum menyapa. Komunikasi yang terjadi sangat singkat, tapi ajaib rasanya ketika beliau berkata:

“Wah, salamannya boleh bersentuhan tangan nggak nih?”, sambil berlalu mengangkat hp.

Aku terpana dengan cara beliau merespon sikapku yang merapatkan dua tangan di depan dada, berharap salaman ala Sunda yang elegan, cukup menunjukkan rasa hormatku.

“Hm..kenapa sih, jilbabnya kok panjang sekali?” disertai dengan senyum menyayangkan.

Aku semakin merasa takjub dengan komentarnya tersebut.  Pertama, kaum hawa disekitarku sekalipun belum pernah bertanya dengan cara demikian atas cara berpakaianku. Kedua, sebagai mantan aktifis organisasi yang kental keIsalamannya bahkan sekarang sudah menjadi wakil rakyat, tampaknya beliau terlalu sibuk, sehingga mungkin jadi jarang membaca buku, mendengar atau sekedar menonton majlis-majlis keagamaan yang bolak balik membahas bagaimana seni berpakaian yang diperintah Allah dan dijelaskan rasul bagi seorang muslimah. Batasan mana yang aurat dan tidak aurat menjadi patokan, mengenai model tentulah dapat disesuaikan, dianjurkan yang lapang dan tak membentuk lekuk badan. Hm…

"Semoga kesibukan beliau adalah demi memikirkan nasib rakyat..", bathinku.

Monday, April 5, 2010

Hari-hari Cinta


Warna bajunya abu-abu muda satu set dengan jilbab berbahan sama. Gamis dimodifikasi seolah-olah atasan dan rok bertingkat tiga dan runcing ketengah. Jilbab dengan variasi manik berwarna hitam , membentuk tiga garis kearah depan. Warna yang tak menyolok membuat saya nyaman memakainya untuk mengajar tapi juga bisa untuk pengajian dan takziah. Recomended!

Beberapa aktifitas yang sempat terekam kamera saat membawakan acara Nuansa Iman, Cahaya Hati, kunjungan kerja atau saat santai bersama mahasiswa dan keluarga di Indonesia. Kangeen..., masih 2.10 bulan lagi di Kagoshima :)

Nuansa Iman adalah acara mingguan reguler di TVRI Sumbar, sedangkan Cahaya Hati adalah acara Talk Show ttg keislaman yang kami rintis bersama SMC (Sumatra Media Creatif,) dan PMT (Persatuan Majlis Taklim) Sumbar. Belum punya sponsor tetap, sangatlah disyukuri jika ada yg berminat :)

Saturday, March 13, 2010

Sumber Kebahagiaan yang Takkan Mengering

Beberapa waktu berselang, seorang sahabat yang awalnya kukenal melalui sebuah mailing list mengumumkan bahwa salah satu buku terbarunya telah terbit. Ia mencantumkan link yang memungkinkan kita untuk mengakses tentang sedikit gambaran mengenai buku tersebut dan informasi di mana bisa didapatkan. 

 

Bukunya berupa buku cerita anak berima bersumberkan 99 nama Allah yang kita kenal dengan Asmaul Husna. Dikemas secara cantik dengan aneka gambar yang tak bisa dipungkiri akan sangat menarik perhatian anak-anak untuk membaca, paling tidak dimulai dengan melihat-lihat gambarnya dulu. Baru kemudian melalui cerita, anak dan orang tua (jika mendampingi anak ketika membaca) akan lebih memaknai setiap nama mulia dari Sang Pencipta, melalui rangkaian kata yang disusun apik sedemikian rupa.

 

Rasa syukur segera menghinggapi diriku. Dengan semua informasi yang dapat diberikan melalui bukunya, aku membayangkan langkah dakwah sahabatku ini melalui goresan penanya akan terus melaju semakin nyata. Alhamdulillah...

 

Ketika buku itu akhirnya sampai padaku, dilengkapi dengan tanda tangan dan pesan singkat penulisnya, kembali kurasakan syukur yang lebih mendalam. Tampilan buku dengan hard cover serta tampilan gambar dengan berbagai ekspresi dan warna yang memikat mengingatkanku pada buku pelajaran putriku ketika ia pada tahun pertama sampai ke empat memiliki buku-buku bacaan sendiri dari sebuah pusat pendidikan prasekolah di Jepang. Tampilannya menarik, kaver dan setiap halamannya mempesona.

 

Benar saja. Begitu menyentuh buku yang kuhadiahkan padanya, putri kecilku langsung menyanyikan lagu dengan irama lagu Asmaul Husna yang memang rutin dinyanyikan di sekolahnya. Ia terus berdendang sambil membalik-balik halaman dengan cepat dan membaca nama Allah satu-persatu yang tertulis di setiap halaman buku. Itu semua dilakukannya ketika kami masih di atas mobil dalam perjalanan pulang dari sekolahnya.

 

Malamnya di pembaringan, putriku membuka kembali buku barunya, dan mulai asyik menikmati gambar-gambar dengan sesekali mulai membaca ceritanya. Ia tak pernah terlalu tertarik dengan buku dalam durasi cukup lama sebelumnya, tapi kini berbeda. Ia bahkan segera dapat mempertanyakan dan membandingkan jika ada makna kata dari nama Allah yang sepintas terlihat sama. Untuk memastikan, kami lalu segera membaca ceritanya, agar dapat memaknai perbedaan arti setiap nama.

 

Kembali ku bersyukur dan membayangkan bahwa anak-anak di tempat lain yang juga telah dan akan membaca buku karya sahabatku ini, akan mendapatkan curahan ilmu untuk lebih mengenal Allah  sambil menikmati keceriaan dan aneka suasana sesuai dengan tema ilustrasi yang ada. Kubayangkan bahwa para ayah-bunda yang menemani putra-putrinya saat membaca akan semakin tercerahkan pula.

 

Aku menjadi semakin bahagia, ketika dalam hitungan hari, ternyata buku sahabatku telah terjual dalam jumlah yang cukup besar, banjir pesanan, sehingga kemungkinan untuk cetak ulang sangat tinggi. Subhanallah, aku yang hanya sekedar mengetahui hal tersebut saja ternyata dapat menikmati rangkaian kebahagiaan dan rasa syukur hanya melalui perkembangan keberhasilan sahabatku ini.

 

Bila kuresapi lagi, ternyata keberhasilan seorang sahabat, mampu menjadi sumber kebahagiaan yang tak habis-habisnya bagiku. Walaupun sebenarnya kami belum pernah bertemu muka kecuali berkomunikasi jarak jauh saja, rasanya sudah dapat kubayangkan bahwa aku juga akan sangat senang jika tiba saatnya nanti sahabatku akan berkabar mengenai perkembangan terbarunya. Ketika bukunya menjadi best seller, ketika royalti mengalir deras dan terutama jika semakin banyak anak dan orang tua yang tercerahkan dengan membaca bukunya.

 

Maha Besar Allah, yang telah menunjukkan padaku sebuah sumber kebahagiaan yang takkan mengering, melalui perjuangan dan tahapan keberhasilan seorang sahabat.

 

Ya Robbi..., betapa hamba takkan merasa begitu diberkahi dan senantiasa dipenuhi rasa syukur?

Sungguh nikmat-Mu tak berhingga dan senantiasa begitu dekat, karena di luar sana begitu banyak saudaraku, sahabat, kenalan dan orang-orang luar biasa dengan tahapan perjuangan dan kesuksesannya masing-masing...

 

Padang, 13 Maret 2010

Henny Herwina Hanif

 

Foto: Air terjun Sarasah Bunta, Cagar Alam Lembah Harau Sumatra Barat