Friday, September 23, 2005

(Liputan 2) Undangan amat terbatas pada pernikahan tradisional Jepang




Kanazawa, 27 Agustus 2005. Setelah sekian lama, akhirnya dapat kesempatan juga meliput upacara perkawinan tradisional Jepangnya teman, Tanaka san (istri) dan Komura san (suami).

Salah satu penyebab kelangkaan kesempatan melihat upacara perkawinan secara tradisional ini adalah, karena pestanya amat mahal. Seorang undangan diharuskan membawa amplop berisi uang sekitar 40 ribu yen atau lebih dari 3 juta rupiah (bisa lebih, tergantung status ekonomi).

Sebagai gambaran, seorang teman mahasiswa pernah harus menabung khusus, untuk dapat menghadiri pernikahan sahabatnya. Walaupun sebagai pelajar ia sudah mendapat diskon, tapi tetap saja jatuhnya diatas 20 ribu yen, atau diatas 1.5 jutaan. Bayangkan kalau dalam waktu berdekatan anda menerima beberapa undangan :)

Makanya tuan rumah pun sangat berhati-hati memilih siapa yang akan diundang. Biasanya kerabat amat dekat, beberapa orang saja dan petinggi di tempat bekerja (teman akrab sekalipun, sering tidak termasuk nominasi undangan, hiks)

Biasanya untuk teman dekat, agar meringankan, diadakan pesta susulan di restoran atau hotel. Pada pesta susulan ini, jumlah uang yang perlu dibayar lebih sedikit, hanya untuk makanan, sekitar 5-10 ribu yen, diluar bingkisan :). Acaranya pun tidak formal lagi.

Sebagai reporter, kita tidak dikategorikan undangan, boleh datang dan meliput tapi tidak semua bagian. Ruang resepsi tradisional benar-benar hanya buat "para undangan".

Bagaimanapun ini adalah salah satu pesta yang indah dan mengharukan, yang pernah saya lihat. Semoga menjadi pertautan hati yang kekal dan bahagia Tanaka san, eh Komura san....
Omedetou gozaimasu....

43 comments:

  1. Kimono pengantin perempuannya cakep sekali ya Mbak.

    ReplyDelete
  2. Iya Mba Ira, kayaknya kreasi baru juga, make upnya juga simple, suka deh ;)

    ReplyDelete
  3. iya..kimononya bagus ya mbak henny, pasti harganya muahaall banget ya mbak :)..eh..tapi yang jadi reporter bajunya bagus juga lho :)..selamat berakhir minggu ya mbak henny dan keluarga :)

    ReplyDelete
  4. Kali ya mba...Inay, apa sih yang ngga mahal di Jepang (mengutip kata seorang teman asal Amrik he he).

    Dee....., baju reporternya mah itu-itu mulu, ga banyak punya baju resmi, banyaknya baju kelapangan he he, cuman kerudungnya yang saja yang divarisikan (sst.....:)) )

    Selamat akhir minggu Mba Inay yang baik, salam buat keluarganya juga...:)

    ReplyDelete
  5. beautiful pics...
    thanks for sharing them...
    take care...

    ReplyDelete
  6. Mbak, masih enggak percaya...masak undangan diharuskan bayar sejumlah uang??? Bisa gulung tikar hanya karena dapet undangan yah :)...

    ReplyDelete
  7. wah tekor juga ya mba, kalo banyak yg ngundang pesta nikah :P, btw bagus2 foto2nya, thanks ya udah sharing.

    ReplyDelete
  8. Waaaaaaks, bayar ribuan yen itu maksudnya sebagai angpao atau apa yah Uni?

    ReplyDelete
  9. Bagus banget ya pestanya. Saya suka banget mempelajari budaya lain. Kebetulan adik ipar juga orang Jepang, tapi sudah mualaf jadinya nikahannya di masjid.

    Mbak Henny, reporter majalah di Jepang ya?

    Di Amerika juga sama, undangan untuk perkawinan itu terbatas. Karena pengantin mesti bayar 1 piring buat yang datang itu kalau di kota saya yang bukan besar macam New York City itu bisa $150 / per kepala (undangan). Jadi mereka mesti RSVP yang di undang:)

    Tapi yang keluar biaya ya pengantin (biasanya keluarga pengantin putri). Kemarin teman nikahin anak perempuannya, biayanya sampai $85,000 hanya untuk 50 undangan. Menurut mereka 50 undangan udah termasuk banyakan gitu.

    Juga yang kondangan istilah Indonesia, paling cuma kirim kado sebelumnya langsung di kirim ke alamat pengantin. Jadi pas nikahan nggak ada yang bawa apa-apa paling bunga gitu aja.

    Thank you ya mbak reportasenya! Menarik sekali.

    ReplyDelete
  10. Tapi buat pengantinnya, untung gak? Atau impas sama biaya?
    Seru juga tradisinya.

    ReplyDelete
  11. Wah beruntung sekali Jeng Henny........... aku selalu tertarik dengan berbagai budaya serta adat istiadat jadi hal hal seperti ini sangat indah sekali untuk dipelajari . Terima kasih ya berbagi pengalamannya. btw bajunya bagus buanget ya pengantin wanitanya. eh salam kenal juga ya buat Jeng Henny.

    ReplyDelete
  12. Wah cantik sekali seperti boneka ya Mbak Henny

    QS. An Nuur 24 : 32. "Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian[1035] diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui".

    [1035]. Maksudnya: hendaklah laki-laki yang belum kawin atau wanita- wanita yang tidak bersuami, dibantu agar mereka dapat kawin.

    ReplyDelete
  13. hmmm.....tentang angpao masih binun, koq bisa segitu mahalnya ya ???

    ReplyDelete
  14. Senengnya bisa meliput acara sakral gini......
    Pingin deh...

    ReplyDelete
  15. Hi Jason,how have you been?

    You too, take care...:)

    ReplyDelete
  16. Kebetulan yang ngomong calon pengantin sendiri waktu itu sih, uang ini bener mbak Mamiek, sudah tradisi mungkin ya...

    Waktu melayat yang meninggal juga begitu, jumlahnya saja yang beda, jauh lebih kecil, bahkan amplop buat membayarnyapun khusus, tergantung mau ngasih uang buat acara apa, ditandai dengan design dan warna, tersedia dijual sampai ke chain store (pernah ngalamin waktu ada guru anak saya meninggal). Jumlah standar buat segala even kayaknya ada deh...:)

    Kalo di restoran, lumayan, agak murahan, pas masuk pintu restoran buat party, ditanyain nama (sebelumnya udah register lewat email), lalu ditagih uang duluan, sebelum sampai keruangan party hi hi. Aneh juga sih bagi saya, soalnya biasanya kalo makan bareng, bayar iurannya juga terakhir...
    Tapi buat mereka biasa kali ya..lucu juga...

    Kalo saya, dijamin bangkrut deh he he

    ReplyDelete
  17. Mudah-mudahan nggak banyak deh he he
    Pakabar Mba Nitha, thanks ya...

    ReplyDelete
  18. Mudah-mudahan nggak banyak deh he he
    Pakabar Mba Nitha, thanks ya...

    ReplyDelete
  19. Hm...angpao itu sukarelakah? Kalo ini wajib deh kliatannya, nanti coba saya tanya lebih detail ya..., cuma perkiraan sementara, seharusnyalah orang yang telah diundang, membayar sesuai standar Ima..., kalau enggak, malu kali ya ?

    ReplyDelete
  20. Hi hi, mba Evi, saya nggak reporter majalah kok, cuma mengankat diri sendiri jadi reporternya MP, biar semangat ngeliputnya, serasa lagi bertugas...ke ke ke

    Wah, mahalnya biaya pernikahan ya...teman mba Evi juga. Iya, undangannya dikit..., kalau yang saya lihat ini, diluar anak-anak, nggak nyampe 30 orang :)

    Benar menarik juga perbedaan budaya ini ya...
    Kalo sodara Mba Evi menikah dimesjid, karena sudah mualaf. Tapi secara umum, orang Jepang karena tidak mempunyai agama tertentu, memilih menikah di tempat ibadah, seperti di kuil atau gereja, bukan karena tergantung agama, cuma sekedar pemilihan style pernikahan saja. Bebas he he. Bagi saya ini juga unik...

    ReplyDelete
  21. Mba Wanda, jawabnya saya janjiin ya, mudah-mudahan sebelum ke Ina saya ketemu lagi sama Komura san, dianya maksa mau nganter sampe stasiun he he

    ReplyDelete
  22. Salam kenal kembali Mba Dea, senang dapat teman baru:)
    Salam sayang buat Thomas yang luccu ya..:)

    ReplyDelete
  23. Mba Vita, saya pengeeen banget membantu teman, tapi tidak tahu caranya, suka pesimis saya mampu berbuat, karena pertemuan dua hati adalah hal yang sangat special menurut saya. Jadi sekarang, saya hanya mampu berdoa buat sahabat-sahabat saya tsb...

    ReplyDelete
  24. Nggak tau Tim, kali aja sudah di timbang-timbang masyarakat ? kalau buat gaji pekerja standar, kali masih nggak apa-apa ya, tapi kalo anak sekolahan, wah...

    ReplyDelete
  25. Iya Mas Endra,
    senang, sayang saya bukan fotografer dan hanya pake kamera saku..., cuman semangatnya aja tinggi :)

    ReplyDelete
  26. Aneh juga yach tradisi mereka biasanya kita diundang makan gratis tapi ini kita kluar modal.
    Kapan dong nich liputan minum teh di Jepang?

    ReplyDelete
  27. baik mba, lagi nikmatin relax weekend ;)

    ReplyDelete
  28. i am doing fine thanks...
    u should visit my site when u r free as well...
    take care...

    ReplyDelete
  29. lho lho lho mbak henny gak baca ya diundangannya, tamu dilarang lebih cantik dari si pengantin, hihihi (waduh ini bukan tamu lagi... ini reporter ya?? huehehe)

    ReplyDelete
  30. Benar juga ya Mba Ellen, kalau dikampung saya, tak ada beban seperti itu, untuk ikut merasakan kebahagiaan pernikahan kerabat :), di Indonesia lah ya..rata-rata...

    Wah, saya sudah 2 kali ikutan upacara minum teh ini, sayangnya tidak siap dengan kamera. Padahal sudah keburu balik ke Ina mba...tinggal menghitung hari....

    ReplyDelete
  31. Mba Suci...jangan ngeledek ya.....(grrrhhhhhhh....) h e he he

    Hla wong saya nggak diundang kok, cuma diajak melihat-lihat hi hi hi, kalo diundang, nggak kuaat....:)

    ReplyDelete
  32. Mba Heny pa kabar..udah lama gak nongol...wuuiihh...keren2 banget yah photonya. Thanks for sharing...baru liat bener2 perkawinan orang Jepang.

    ReplyDelete
  33. oohh..udah selesai tokh...udah lulus dunk....mana foto2nya mba??

    ReplyDelete
  34. Apa kabar mba Estri..?

    Saya juga kalau yg tradisional baru kali ini, sama dong ya...

    Alhamdulillah udah lulus Mba, berkat doa semuanya ;)
    fotonya...menyusul ...he he

    Salam buat keluarga Mba..:)

    ReplyDelete
  35. hihi beda banget sama orang indo yg senengnya ngumpulin orang
    kalo' nikahan bisa ngundang sampe' 1500 orang, belum termasuk pasangannya sama anak yg dibawa ..ckckckck ...
    tapi memang katanya di jepang serba mahal ya ?

    ReplyDelete
  36. Iya Mba Shanti, mendingan di Ina memang kalo soal hebohnya resepsi pernikahan, apalagi kalo tidak digedung, orang sekampung bisa ikut merasakan hari bahagia pernikahan. Kalau di Padang malah lebih heboh, jadi agak kasian pengantinnya kecapean, sebab acara tradisional mengharuskan pengantin duduk bersanding terus. Minimal dari siang sampe sore, istirahat makan dan ganti baju, bersanding lagi malamnya he he
    Tapi kuat aja kali ya...Raja dan ratu ini...:)

    ReplyDelete
  37. Mba masih ada hub kerabat dengan mba asma nadia yang cerpenis dan aktif di Nasyid itu..? wah keren banget yah mba sekeluarga. aku kagum

    ReplyDelete
  38. Mba Geny, salam kenal ya...

    Mba Asma, beliau adalah sahabat yang saya amat kagumi...dan sayangi...
    Hubungan keluarga kebetulan tidak mba...tapi saya menyayangi beliau seperti juga halnya saudari Mba Asma (Mba Helvy...)
    Mencintai mereka karena Allah...

    ReplyDelete
  39. mba ...waaah sugoooi nee aku sampe terkesima liat photo2nya subhanallah jd pengen deh liat benerannya tp waks aku gag punya duit atuh 40 rb mah hihi mendingan buat pulang ke INA aja dah hehehehe eh btw kok kaya jd kita mo nonton ya mba hrs bayar jd gag ada keikhlasan diri untuk mendoakan klo gitu hihi suudzon ya

    ReplyDelete
  40. Jadi pengen liat juga Henny, tapi gratisan aja,hehe..

    ReplyDelete
  41. aaaaaaaa kimononya cantik bgttttt!!!!!!!!! O_O mauuuu~ XDD~

    ReplyDelete