Saturday, December 19, 2009

Jumlah muslimah berjilbab menurun drastis?

Berapa persen sih sebenarnya penduduk Indonesia yang muslim?”, suara Wee, mahasiswa S3 dari Kagoshima University yang asal Thailand itu membuatku tertegun sejenak karena belum mempunyai data yang pasti.

 

“Hm...perkiraanku, mungkin sekitar 80 % persen atau lebih”, jawabku sambil menatap dengan makna minta persetujuan pada Oskar, panitia dan pemandu kami dari Biologi LIPI.

 

 

 

 

 

 

“Yup, sekitar itulah”, suara Oskarpun terdengar mendukung.

 

Saat itu aku dan  rekan dari beberapa negara yang kebetulan dari Asia saja  tengah menyusuri jalan setapak untuk mengamati dan melihat koleksi semut yang dimiliki area kawasan wisata Cibodas

di hari terakhir The 7th Anet International Conference on Ant 2009. Kali ini acara yang dikoordinatori persatuan para Myrmecologist dunia itu memilih  Indonesia sebagai tuan rumah, dengan Dr. Roshichon Ubaidillah dari LIPI sebegai ketua penyelenggara. Sejak subuh Presiden ANet terpilih dari India Dr. Himender Bharti, peneliti senior dari Jerman Dr. C Bhruel dan konsultan John Fellowes dari  Inggris telah berangkat ke Gunung  Gede. Rombongan kami yang secara tak sadar telah terpisah dari Prof. Yamane yang pakar taksonomi semut itu membuat perbincangan menjadi lebih santai dan topiknyapun mulai beraneka.

 

Hanya aku dan Oskar yang mewakili Indonesia dalam rombongan kecil kami. Selain kami ada Wat dan Wee dari Thailand, Jung dari Singapura dan Oshoishi yang namanya berarti batu kurus kalau bahasa Jepangnya diterjemahkan lurus-lurus saja. Melihat arah yang telah terlewati,  Oskar menjelaskan bahwa rute kami akan agak berbelit untuk kembali ke Guest House. Semua mengatakan tak jadi masalah. 

 

“Memangnya kenapa Wee? Kalau di Thailand penduduknya yang muslim berapa persen?”, ujarku malah balik bertanya sambil masih penasaran dengan pertanyaannya.

 

“Hanya 4 %!”, jelas Wat, seniornya Wee yang masih tampak sangat muda tapi sudah menjadi dosen di Prince of Sonkla University Thailand. Ia berjalan paling dekat denganku.

 

“Oh, tak apa-apa, aku hanya surprise dengan apa yang kulihat” jelas Wee dalam bahasa Inggris berlogat Thailandnya yang khas. Matanya yang sedari tadi tetap awas menyusuri jalan, waspada kalau-kalau semut bergenus Aenictus yang menjadi objek penelitiannya melintas dalam jalur perjalanan kami, sekilas menatap ke arahku.

 

“Maksudnya?” kejarku pada Wee, sambil melirik Oskar.

 

“Soalnya sebelum ini, aku telah berkunjung ke Indonesia pada tahun 2004. Sekarang, setelah lima tahun, aku melihat presentasi wanita Indonesia yang menutupi kepalanya (maksudnya muslimah yang memakai  jilbab red) ternyata telah menurun signifikan, mungkin sampai sekitar 50 %!”, ujarnya yakin.

 

“Begitukah menurutmu? Maksudmu jumlah  wanita yang memakai penutup kepala seperti yang kupakai ini ya?”, selidikku, setelah sebelumnya sempat kaget dengan komentarnya itu.

 

“Ya! Dari pengamatanku setalah dua kali berkunjung ke Indonesia, aku merasa seperti itu”, Wee berkata yakin.

 

“Yaaah, Wee...terus terang saat ini aku tak punya data yang pasti. Tapi, terima kasih karena kamu telah menyampaikan kesanmu yang jujur tentang muslimah di Indonesia yang sempat kau amati. Ketidatahuanku akan perkembangan ini, mungkin antara lain karena aku sendiri sehari-harinya berdomisili di Padang-Sumatra Barat yang dalam keseharian dan kegiatan formalnya telah terbiasa dengan para wanita yang senantiasa memakai jilbab, tak begitu menyadari hal ini. Minimal untuk pegawai dan pelajar wanita, kau akan melihat pemandangan yang berbeda. Jumlah mahasiswi berjilbab juga lebih dominan di universitas Andalas tempatku bekerja saat ini . Tapi... bisa jadi tidak demikian di kota-kota yang lebih besar atau jika kita melihat datanya secara nasional”, jelasku panjang lebar.

 

Wee dan yang lainnya tampak mengangguk mendengar penjelasanku. Mungkin berusaha mengerti saja, atau masih bertanya-tanya dalam hati. Soalnya hatiku sendiri jadi mulai bertanya-tanya tentang bagaimanakah kondisi sebenarnya.

 

Perlahan, jalan yang kami lewati mulai mendaki. Beberapa pohon besar dan danau dengan bunga-bunga yang indah menjadi pemandangan di kiri kanan jalan. Beberapa pengunjung tempat wisata terlihat membentangkan tikar untuk lesehan di sebuah danau yang bening airnya. Semut berjenis Myrmicaria  banyak kami temukan melintas disepanjang perjalanan. Sepintas lalu, tampaknya semut berwarna coklat dengan dua internodus yang khas ini termasuk dominan dikawasan Cibodas.

 

“Tapi Mbak Henny, kalau di luar Sumbar mungkin memang kita bisa melihat presentase yang berbeda Mbak...”, tambah Oskar, sambil berjalan lebih cepat menyusul langkahku.

 

Aku menatap Oskar dengan gelengan dan ekspresi ketidaktahuan dan ketidakpastian. Yang jelas dadaku mulai dijalari rasa perih ketika menyadari kesan yang didapatkan Wee tentang muslimah, hanya setelah beberapa hari ia tinggal di Indonesia tahun ini.

 

Penilaian Wee mungkin benar, mungkin juga salah. Tapi setidaknya aku menjadi tahu, bahwa pakaian muslimah yang khas dan Islami telah dijadikannya sebagai salahsatu indikator kondisi umat muslim di negara ini.

 

Jika kucoba mencermati lebih jauh, suatu saat, prediksi Wee bisa saja mendekati kenyataaan. Bukankah secara lebih sederhana kita dapat melihat sendiri di media cetak dan elektronik bahwa persentase wanita muslim yang berpakaian muslimah tidaklah besar? Sebaliknya wanita dengan aurat yang tak dilindungi dengan sangat bebas muncul di media yang dapat diakses siapa saja dan dari umur berapa saja, pada jam tayang yang mana saja di Republik yang mengaku mempunyai komunitas muslim terbesar ini. Berapa banyak tayangan Islami yang bisa kita harapkan? Betapa minimnya jumlah media cetak yang benar-benar meneruskan informasi dan mampu menggerakkan ummat Islam sendiri agar bangkit dari keterpurukan? Sungguh, aku mendapat pelajaran berharga dari percakapan ringan dalam upaya mencari dan mengenal jenis-jenis semut Cibodas siang itu.

 

Terima kasihku ya Allah, Engkau begitu penyayang....aku senantiasa diingatkan, dan kali ini melalui interaksi dengan rekan-rekan dari negara lain. Mereka tentunya mendengar dan telah tahu bahwa Indonesia adalah negara dengan jumlah muslim yang sangat besar. Dan ketika kenyataannya tidak sesuai dengan yang mereka lihat di lapangan, wajar saja jika mereka jadi bertanya-tanya”, bathinku.

 

Percakapan dengan Wee senantiasa berputar-putar dikepalaku sampai aku menuliskannya pagi ini. Sementara itu kekhawatiran barupun datang ketika memikirkan diri. Walaupun telah berpakaian Islami,  aku masih sangat kurang ilmu untuk menjadi lebih baik dimata Allah, sering terbawa arus kesibukan rutin, sangat kurang usaha untuk berjuang  menerapkan nilai-nilai Islam secara optimal, bahkan bagi diri dan lingkungan terkecilku. Astagfirullah...

 

Padang, renungan di awal tahun Baru 1431 H

Tuesday, November 10, 2009

Tenda Cahaya




Alhamdulillah, adik-adik dan pembina FLP Sumbar kembali memberi kesempatan kepada saya untuk bergabung dalam salah satu kegiatan mereka. Kali ini dalam kegiatan "Tenda Cahaya", sebuah kegiatan yang dikoordinasikan dengan FLP Pusat untuk membantu rehabilitasi mental anak-anak sumbar pasca gempa.

Berbaur dalam aktifitas kepedulian bersama aktifis FLP, guru dan murid SDN 27 Sungai Sapih Padang adalah kesempatan istimewa. Sekolah dasar yang mengalami rusak parah pada gedungnya setelah peristiwa gempa 30 September 2009 lalu dan terpaksa mengarahkan siswa untuk belajar ditenda, teras rumah dan baru-baru ini sebagian sudah dapat pindah ke kelas dari triplek ini untuk sementara harus membiasakan diri belajar bergantian di dalam kelas yang jumlahnya masih terbatas.

Kehadiran kakak-kakak dari FLP dengan rangkaian kegiatan interaksi ceria dalam bentuk game, mendongeng, lomba gambar dan puisipun disambut hangat murid-murid.

Wednesday, November 4, 2009

Aku tak rela Ma!

Sejak mulai bisa melihat, Jilan telah mengenal mamanya sebagai wanita berjilbab. Kalau keluar rumah, ia melihat mamanya  pasti memakai jilbab. Di dalam rumah, jilbab biasanya akan dibuka, tapi kalau ada tamu laki-laki atau walau hanya ada anggota keluarga yang kata mama “bukan muhrim” seperti para om (suami Ibu Nina dan Ik adik-adik mama) di sekitar kami, maka mamapun pasti tak akan melepas jilbabnya.

 

Dengan berjalannya waktu Jilan semakin memahami makna berjilbabnya seorang muslimah. Sejak lama, ia akan segera menghambur mengambilkan jilbab mama untuk segera dipakai jika tiba-tiba ada tamu yang harus ditemui. Ia juga terbiasa menjadi orang pertama yang membukakan pintu, melihat tamunya laki-laki atau perempuan, dan meminta menunggu sebentar karena mama harus berkerudung dulu.

 

Mama punya jilbab untuk bekerja dan bepergian, juga untuk dipakai di rumah. Jilan boleh mencoba semua dan mematut-matut diri dengan jilbab mama. Mama selalu memakai jilbab-jilbabnya dengan baju yang sesuai, dan Jilannisa juga suka sekali melihatnya. Beberapa dari baju dan jilbab mama sangat disukainya, sehingga mama dengan senang hati akan memesankan baju senada khusus buatnya. Menyenangkan sekali punya beberapa baju muslim yang kembar dengan mama.

 

Akhir-akhir ini, kalau mama akan membelikan jilbab santai baginya, Jilan maunya juga dibelikan yang agak panjang. Alasannya, biar jilbabnya seperti mama. Sepertinya ucapan-ucapan dan pelurusan-pelurusan dari ustazahnya sejak di TK yang selalu mengingatkan jika jilbabnya terlalu pendek, lengan bajunya yang sudah kependekan, atau malunya jika aurat anak perempuan terlihat oleh anak laki-laki, cukup mempengaruhinya. Mama tentu saja bersyukur, karena walaupun keinginan memakai jilbab di luar jam sekolahnya yang “all day” itu masih angin-anginan, putrinya mencintai penutup kepala yang benar-benar berfungsi menutupi aurat perempuan. Lagian menurut mama, Jilan memang tampak cantik... sekali dengan jilbab warna-warninya yang modis.

 

Kemaren malam, Jilan kaget sekali melihat mama, tanpa jilbab tengah berjalan membungkuk ke balkon lantai dua rumah mereka. Mama terlihat menyiram bunga-bunga sambil berjongkok.

 

“Ma, hati-hati! Nanti kalau ada yang lihat mama bagaimana? Tiba-tiba ada tamu laki-laki  bagaimana!” serunya dengan wajah serius dan mata yang membola. Ia lalu sibuk memperhatikan sekitar dengan waspada, bolak-balik melihat pada mama dengan heran.

 

Mama agak kaget dengan teriakannya tapi segera tersenyum melihat ekspresi Jilan yang sungguh-sungguh mengkhawatirkan dirinya. Bagi mama, perilakunya menunjukkan bahwa Jilan mulai merasa tak rela aurat mamanya akan terlihat oleh orang lain. Kehangatan yang lembut mengalir di hati mama.

 

“Tidak apa-apa sayang... Disini gelap dan tertutup pagar kebawah, jadi mama yakin tidak akan ada yang melihat. Tapi terimakasih ya, sudah menjaga mama..mmuach..”, ujar mama ambil menciumnya dan berlalu ke dalam.

 

Jilan tersenyum. Ciuman mama selalu nyaman terasa.

 

 

Monday, November 2, 2009

Musibah Setelah Musibah

Buya H. Gusrizal Gazahar, Lc. MAg.,  Ketua Bidang Fatwa MUI Sumbar menuturkan bahwa  pada masa rehabilitasi pasca Gempa 30 September 2009 seperti sekarang ini, masyarakat memerlukan perhatian dan bimbingan lebih dari para dai dan ulama serta saudara seiman agar dapat menyikapi musibah secara benar dan tetap kuat mempertahankan akidah.

Menurut beliau, tanda-tanda adanya upaya pembelokan akidah mulai terasa di beberapa titik Kabupaten Padang Pariaman yang sedang berduka dan dengan terseok tengah berupaya bangkit dari keterpurukan. Masyarakat yang sangat membutuhkan bantuan banyak pihak untuk bertahan

dan bangkit dari derita amatlah rentan dipengaruhi. Menurut Buya, Rasulullah Muhammad saw sangat mengkhawatirkan hal seperti ini ketika musibah terjadi dimasa beliau, sehingga Rasul sangat konsen memperingatkan agar jangan sampai terjadi musibah yang lebih besar setelah sebuah musibah terjadi. Musibah besar yang dimaksud adalah: tergoyahkannya akidah ummat.

Untuk itu MUI Sumbar menghimbau agar masyarakat selektif menerima bantuan dan tidak menerima tawaran bantuan asing maupun lokal yang diboncengi niat-niat terselubung. Ummat Islam sendiri juga dihimbau untuk menunaikan zakat, wakaf infak dan memupuk solidaritas sehingga dapat lebih leluasa untuk membantu saudara seiman yang tengah mengalami cobaan. MUI bersama ormas Islam di Sumbar tengah menggiatkan proses rehabilitasi korban gempa dengan kegiatan pendampingan di lapangan dalam segala aktifitas keseharian, disamping senantiasa mengadakan majlis-majlis ilmu untuk memperteguh keimanan ummat.

Agar masyarakat korban gempa tidak merasa pesimis dan kebingungan dalam menyikapi bencana, MUI Sumbar juga berupaya mensosialisasikan kepada masyarakat tentang cara mukmin bersikap pasca bencana. Sejenis buku-buku saku yang bertemakan: “Bencana, Fitnah atau Azab” dan “Menyikapi Bencana dengan Islam” disebarkan sebagai salah satu upaya untuk membuat masyarakat lebih tenang dalam menyikapi musibah.

Diibaratkan seperti dua mata pisau,  jangan menganggapnya musibah ini sebagai Azab Allah, karena selama masih ada takbir dan orang-orang yang berzikir, semua ini bukanlah azab. Tapi jangan pula menganggap musibah gempa Sumbar sebagai suatu kejadian yang ringan saja sehingga tidak membuat ummat berupaya untuk meningkatkan taraf keimanan.

Menyadari bahwa keimanan seseorang tidak dapat dibentuk secara instant, beberapa hal penting dalam berdakwah perlu mendapat perhatian penggiatnya, antara lain dengan memperhatikan secara serius mengenai materi yang disampaikan, metoda, kesiapan pelaku dakwah dan menggunakan fasilitas penyampaian dakwah yang sesuai bagi ummat.


*Disarikan dari acara Nuansa Iman edisi 30 Oktober 2009 di TVRI Sumbar dengan tema: Musibah dan Perubahan Akidah

Foto kanan: Buya masih berdiskusi dengan kru sehabis acara

Foto kiri: Buya memperlihatkan salah satu brosur yang ditemukan disebarkan dilokasi korban gempa pariaman

 

Sunday, November 1, 2009

Nuansa Iman: Membuat Musibah Terasa Ringan

Bila berpedoman pada firman Allah QS Al Hadid, 57:22:

 

Tiada satu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah,

 

maka umat Islam tentulah dapat menyadari bahwa suatu musibah sudah ada dalam rencana Allah. Sehingga, seyogyanyalah seorang muslim dapat menghadapi semuanya dengan lebih tenang dan sabar agar tidak terbawa dalam kepanikan dan keterpurukan yang tak berujung. Dengan berzikir, menyebut asma Allah dan menyadari bahwa kita senantiasa dalam pengawasanNya, ketenangan InsyaAllah didapatkan .

 

QS Ar-Ra'd 13: 28:

(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tentram.

 

Gempa tanggal 30 September 2009 dengan kekuatan yang mampu meluluhlantakkan Sumbar terutama di Padang dan Kabupaten Pariaman sedapat mungkin menyebabkan kaum muslimin dapat mengambil pembelajaran:

 

Dengan musibah ini, kita belajar untuk mempersiapkan diri dengan segala kemungkinan yang akan terjadi.

 

Dengan musibah ini, selayaknya kita melihat tujuan mulia dari Allah, agar musibah membuat kita bermuhasabah, mengevaluasi diri dan berusaha menjadi lebih baik dari sebelumnya.

 

Dengan musibah ini, kita dibawa dan diarahkan untuk menjadi manusia yang saling peduli satu sama lain.

 

 

Agar bisa menjadikan musibah ini terasa lebih ringan, ada beberapa hal yang dapat kita teladani dari Rasullullah ketika beliau dihadapkan dengan musibah. Antara lain adalah:

 

  1. Membandingkan musibah yang kita alami dengan musibah yang pernah terjadi pada zaman para nabi terdahulu, agar kita bisa melihat bahwa musibah yang sedang kita alami masih jauh lebih ringan. Misalnya ketika kita kehilangan orang-orang yang dicintai, berkacalah bagaimana Rasul juga di mengalami beberapa kali hal demikian, terutama ketika meninggalnya paman dan istri yang sangat beliau cintai dan sedang sangat dibutuhkan. Merasa sedih dan kehilangan adalah sangat manusiawi, namun pada gilirannya kita harus dapat bangkit dan menghadapi kenyataan.

  1. Menyadari bahwa selama kita masih hidup di dunia, kemungkinan akan datangnya musibah akan selalu ada, dalam bentuk yang berbeda-beda pula.

  1. Menyadari bahwa semakin tinggi tingkat keimanan seseorang, ujian yang akan dialami semakin berat pula

QS. Al-Ankabut, 29: 2-3:

 

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan; “Kami telah beriman”, sedangkan mereka tidak diuji lagi?

Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan seungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.

 

 

Disarikan dari acara interaktif mingguan Nuansa Iman TVRI Sumbar, 23 Oktober 2009, 17.00-18.00 WIB, Narasumber: Ustad Suhefri, MAg- Fakultas Adab (Budaya Islam) IAIN Imam Bonjol Padang. Tema: Jadikan Musibah Pemicu Kualitas Iman

Thursday, October 22, 2009

Saturday, October 17, 2009

Nuansa Iman: Himbauan untuk Sumatra Barat dalam Menyikapi Bencana

Nuansa Iman, program mingguan TVRI Sumatra Barat kembali hadir bagi pemirsanya. Ini adalah siaran pertama untuk acara ini setelah Ramadhan dan pasca gempa yang melanda Sumatra Barat 30 September silam. Penyiaran acara yang berdurasi satu jam ini berbeda dari biasa. Walaupun tetap disiarkan secara langsung, namun sesi interaktif di studio atau dengan pemirsa melalui telepon belum bisa dilakukan sehubungan dengan kegiatan stasiun yang sedang dijalankan secara darurat. Ya, TVRI Sumbar tak luput dari pengaruh gempa, beberapa ruangan penting beserta isinya mengalami kerusakan. Sehingga studio dan ruang operator yang tadinya di lantai satu dan dua dengan design khusus, harus pindah ke lantai satu dan memakai ruangan sementara yang sempit dan diset sedemikian rupa, tentu tak bisa sekomplit biasanya.

 

Diperkirakan butuh lebih dari satu bulan untuk kembali pada kondisi normal, mengingat perbaikan dan pemulihan atau penggantian alat dan bagian gedung yang rusak. Dengan kondisi seadanyapun Alhamdulillah produser dan para kru tetap berusaha menghadirkan acara yang termasuk sangat diminati pemirsa ini. Seminggu sebelumnya, walau sempat diminta datang untuk memoderatori, Nuansa Iman belum dapat disiarkan. Minggu ini tampaknya telah lebih baik. Rasa salut saya untuk salah seorang cameraman di acara ini. Ketika saya tanyakan keadaan rumah beliau yang dikabarkan kru lain rusak parah sesaat sebelum acara dimulai, jawabannya malah “tidak apa-apa, sedikit...”, lengkap dengan sebuah senyuman. Subhanalallah... 

 

Narasumber Nuansa Iman kali ini adalah Ustad Jel Fathullah Lc, Anggota Komisi Fatwa MUI Sumbar, yang selain berbicara sebagai  ulama, juga sebagai salah seorang relawan yang sampai sebelum datang ke studio sore itu, selalu berada di lapangan (Padang dan Pariaman, dalam Korps Relawan Mujahidin). Ketika ditanya pendapat beliau mengenai cara menyikapi gempa bumi 30 September 2009 yang meluluhlantakkan beberapa daerah di Sumbar, hancurnya rumah-rumah, perkantoran, sekolah, kampus bahkan mesjid dan menyebabkan jatuhnya banyak korban jiwa, Ustad Jel menghimbau masyarakat secara pribadi maupun bersama, agar dapat menerima musibah ini sebagai kehendak Allah Swt.

 

QS Al Hadid, 57:22:

Tiada satu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.

 

Mengembalikan semua kejadian ini sebagai kehendak Allah, agar kita dapat ikhlas dan penuh kesabaran, menjadikannya perenungan dan evaluasi diri, kemudian berusaha menjadi hamba yang dirahmati Allah. Seyogyanyalah memohon ampun jika sendainya ada kelalaian di masa lalu dan tak berhenti memohon petunjuk dari Allah. Meyakini pula bahwa pada setiap kesulitan akan ada kelapangan.

 

Menurut Ustad yang juga mengalami langsung ketika beberapa waktu yang lalu di Yogyakarta terjadi gempa (sedang berada di Yogya ketika itu), masyarakat Sumbar termasuk cepat dalam pemulihan untuk menjalani kembali kehidupan sehari-hari pasca gempa. Ini tidak terlepas dari kenyataaan bahwa kebiasaan orang Minang untuk merantau, membuat warga minang mempunyai banyak sanak saudara di daerah lain, yang pengembangan usahanya berada di luar Sumatra Barat dan secara tidak langsung (diharapkan) akan dapat  meringankan penderitaan saudaranya yang ada di kampung halaman. Kemungkinan ini memberi harapan bahwa secara perekonomian, pemulihan akan lebih cepat terjadi dibandingkan dengan kondisi yang sama, namun terjadi di daerah lain.

 

Dibahas pula bahwa setelah menyelesaikan masa tanggap darurat, rehabilitasi fisik dan mental perlu segera diupayakan di Sumbar. Untuk rehabilitasi mental, bukan hanya mengenai kondisi psikologis pasca gempa, namun juga terutama untuk kondisi dan pemahaman nilai keislaman pribadi dan masyarakat sebelum dan setelah gempa. Disinyalir bahwa dewasa ini pemahaman dan aktifitas keagamaan Sumbar lebih marak dikembangkan di perkotaan dibandingkan di desa-desa. Majelis-majelis untuk mempelajari agama semakin menurun persentasenya di daerah pedesaan. Untuk itu diharapkan adanya gerakan bersama untuk menghidupkannya kembali di semua tempat. Salah satunya dapat melalui menghidupkan kembali budaya orang Minangkabau untuk memakmurkan mesjid. Misalnya, di masa lalu, anak laki-laki Minang tidur di mesjid, belajar dan beraktifitas malam hari di rumah Allah, sehingga ahklaknya terasah. Saat ini, budaya tersebut telah hampir sepenuhnya menghilang sehingga  perlu mendapat perhatian bersama.

 

Pasca gempa, sesegera mungkin para pemimpin, ulama dan ormas-ormas Islam Sumatra Barat dihimbau untuk segera berkumpul, berembuk dan berkoordinasi secara terpusat, bergerak, agar agenda rehabilitasi pasca gempa dapat dilakukan dengan baik. Dengan koordinasi dan pola kerja yang baik, bantuan bagi korban gempa diharapkan lebih optimal. Dalam hal rehabilitasi fisik misalnya, untuk membangun kembali tempat tinggal masyarakat yang hancur total atau rusak, perlu diupayakan pendataan dan program kedepan yang memadai. Proaktif dari pemerintah dan ormas sangat diharapkan, mengingat untuk rehabilitasi memerlukan anggaran, sementara relawan umumnya telah siap dengan tenaga untuk disumbangkan.

 

Adapun dalam hal rehabilitasi mental, upaya menanamkan dan meningkatkan pemahaman Islam dalam menjalankan kehidupan sehari-hari  perlu diperkuat kembali, agar masyarakat mempunyai kekuatan  mental untuk menerima musibah, dan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang akan menimbulkan murka Allah. 

 

Ustad Jel menilai bahwa dengan musibah ini Sumbar tengah mendapat peringatan karena kasihnya Allah. Bagi yang selamat, selayaknya bersyukur dan terus memperbaiki diri karena masih diberi kesempatan untuk terus meraih cinta Allah yang Maha Luas. Sejatinya musibah dapat dilihat sebagai ujian akan keimanan, peringatan(teguran) akan kelalaian atau azab atas kesalahan(jauhnya) hamba kepada Sang Maha Pencipta...

 

Padang, 18 oktober 2009

disarikan dari siaran live Nuansa Iman TVRI Sumbar, 16 Oktober 2009. 17.00-18.00 WIB

Kondisi Kerusakan, Korban dan Kebutuhan Bantuan Bagi Korban Gempa Sumbar per 17 Oktober 2009

Dear all,

 

Berikut saya kopaskan data terkini untuk kondisi kerusakan, jumlah korban dan bantuan yang dibutuhkan korban Gempa Sumbar. Semoga ada manfaatnya terutama bagi rekan atau instansi yang berencana menyalurkan bantuan tepat sasaran. Bantuan kita semua masih sangat dibutuhkan dibanyak tempat.

 

Wassalam

Henny, Padang

085263293706 atau 081977537156

 

 

 

Recapitulation of Information Collect By KOGAMI ( Per October 17, 2009 )

The Latest Location that needs assistant for food and logistic :

 

1. Korong Ganting, Nagari Sungai Asam, Kecamatan 2 x 11 Enam Lingkung. 100% buildings damage, 202 household needs logistic help. TSF France made an assessment for telecommunication need.

 

2. Dusun Paladangan, Korong Batang Pariaman, Nagari Gunuang Padang Alai, Kecamatan V Koto Timur, Pariaman. 200 household needs logistic help. Wali Korong : cp: Agusmawi Hasan (+6281363852132). TSF France made an assessment for telecommunication need.

 

3. Korong Kampuang Pauh Bukik Kuduang Bukik Caliak, Pariaman. 279 houses collapsed, 2 people severely injured. Need logistic help, 10 gensets, 20 tents . Cp:Iqbal : 085263292950.

 

4. Dadok Tunggul Hitam, Tabing Padang at RW 07 ( The Leader of the RW 07 : 085835353559 )

• RT 01 : 124 damage houses

• RT 02 : 13 severely damage houses, 54 slightly damage houses, 309 people need logistic

• RT 03 : 79 severely damage houses

• RT 04 : 71 severely damage houses

• RT 05 : 44 damage houses

 

5. Korong Aia Cama, Kampung Dalam Padang Pariaman. IDP 2550 peoples, with almost 90% severely damage house, and 6 death.Need clean water, logistic and tents. Contact Person : 085263230666

• Jorong Kajai : 95 house severely damage, and 388 IDP’s

• Jorong Bayur : 181 house severely damage and 733 IDP’s

• Jorong Sungai Jilatang : 174 house severely damage and 670 IDP’s

• Jorong Campago : 187 house severely damage and 759 IDP’s

 

6. Jorong Ilalang Gadang, Korong Rimbo Kalam, Nagari Andurang Padang Pariaman.IDP 250 peoples. Contact Person 081374174021

 

7. Bukit Gado-gado Padang.Cp : 081947404142 IDP : 1404

 

8. Korong Koto Rajo, Nagari Sumur, Kecamatan Nan Sabaris, Padang Pariaman, 44 household needs hygiene, tents and blanket. Contact person : Asmiarti 085274845385

 

9. Kanagarian Lam Panjang, Kec. Sungai Limau Kab. Padang Pariaman, the house in this area are damage, needs tents and logistic.

 

10. Kanagarian Padang Olo, Kec. Sungai Limau Kab. Padang Pariaman, the house in this area are damage, needs tents and logistic.

 

11. Kanagarian Batu Mengaum, Kec. Sungai Limau Kab. Padang Pariaman, the house in this area are damage,needs tents and logistic.

 

12. Kanagarian Kapau, Kec Sungai Geringging Kab. Padang Pariaman, the house in this area are damage, needs tents and logistic.

 

13. Kanagarian Kapalo Koto, Kec. Nan Sabaris Kab. Padang Pariaman,the house in this area are damage, needs tents and logistic.

 

14. Kanagarian Lubuk Pandan, Kec. Enam Lingkung Kab. Pdg Pariaman, the house in this area are damage, needs tents and logistic.

 

15. Kanagarian Sicincin, Kec Enam Lingkung Kab. Pdg Pariaman, the house in this area are damage, needs tents and logistic.

 

16. Kanagarian Kampung Guci, Kec. Enam Lingkung Kab. Padang Pariaman,the house in this area are damage, needs tents and logistic.

 

17. Cumanak, Kanagarian Gunung Tigo Tandikek, Padang Pariaman, the house in this area are damage, needs tents and logistic.

 

18. Pulau Koto, Kanagarian Gunung Tigo Tandikek, Padang Pariaman, the house in this area are damage, needs tents and logistic.

 

19. Lubuk Laweh, Kanagarian Gunung Tigo Tandikek, the house in this area are damage, needs tents and logistic. Started from Kanagarian Lam Panjang untill Lubuk Laweh the contact person is Isnaini :081267225130

 

20. Kecamatan VII Koto, Simpang Ampek, Sungai Sarik Padang Pariaman, 420 house needs tents, blanket and logistic. Contoct Person :081266165270

 

21. Koto Rajo Sunur, Nan Baris, Padang Pariaman, 40 household, needs logistics, tents and hygiene tools. Contact person Asmiarti : 085274845385

 

22. Korong Pasia Laweh, Lubuk Alung, 1239 house damage, needs logistics, tents, clean water, and babies food. Contact person : Firdaus Rahman : 081374276001. Now its been assessed by Shelter Box

• Jorong Sakayan : 1154 people

• Jorong Pondok : 1134 people

• Jorong Kampung Kalawi : 1154 people

• Jorong Padang Rilai : 1153 people

• Jorong Padang Gelapung : 1154 people

 

23. Koto Tangah, Sungai Bangek, Lubuk Buaya Padang, Contact person : 081363013035

 

24. Korong Batang Tapakis, Nagari Sintuak, Kecamatan Sintuak Toboh Gadang, near KORAMIL Lubuk Alung, contact person person : Erdanelly : 085263007472

 

25. Korong Pasa Limau, Nagari Parik Malintang Kecamatan Enam Lingkung Padang Pariaman, needs a doctor and medicine. Contact Person Joni wardi.

 

26. Korong Sirek Buruah, Bagari Kapalo Koto, Padang Pariaman, 85 household needs clean water. Contact person : Sri Fadila : 081374743838

 

27. Nagari Sikujur Kecamatan V Koto Dalam, needs doctor and medicine, contact person : Rinaldi : 081374744670

 

28. Gunung Sago, Pariaman contact person : Riza : 081267728655

 

29. Jorong Lubuk Anau, Nagari Kinali, Pasaman Barat, needs medical support. Contact person Zulkifli at Ujang Kapar : 081266129576

 

30. Korong Ringan-ringan, Nagari Pakandangan, Padang Pariaman, needs tents. Contact person : Indra Fazil : 081363802591

 

31. Dusun Pintu Rimbo, Nagari Bawan, Kel IV Nagari Lubuk Basung. Not yet receive any helps, needs medicine. Contact person : Inyak Datuak Agam : 081374172455

 

32. Toboh Tangah, Kecamatan V Koto Kampung Dalam, needs rice for 50 household. Contact person : 08197549226

 

33. Nagari Bijai, Kabupaten Pasaman Barat, 120 household needs foods, tent, and carpenter tools. The road can not be accessed by car. Contact person :Prasetyo : 081363343439

 

If you used this data please confirm to us for avoiding overlap work with other people who migth used this data also. Suppose you need volunteer for aid distribution or interpreter for your trip, you can directly contact or come to our office, and used our volunteer.

 

CP for KOGAMI:

-Dian-
phone. 0751 7860280, 0751 8297171
fax. 0751 444387
address. KOGAMI office - Jl.Cindur Mato 9, Padang, West Sumatra
eMail. dian_noviani@yahoo.com
faceBook. Dian Noviani