Monday, May 30, 2005

Rindu nan perih




Ibu, maafkanlah nanda yang belum bisa pulang ke rumah mungil kita
Tahun berlalu

Ibuku,
Wajahmu yang ringkih adalah pelitaku
Tatapan lembutmu adalah syurgaku
Kesederhanaanmu adalah panutanku


Ketegaranmu adalah guru terbaikku


Saat ini
Tak bisa kurengkuh wajahmu
Tak bisa kupeluk lemah ragamu

Yang selalu tidur dengan ganjalan beberapa
lembar pakaian diperutmu

Penghangat itu
Tapi tak pernah
berhenti kurasakan kedalaman
cintamu


Tapi kudengarkan
sangat jelas do’a yang kau
panjatkan buatku


Ibu,
jelas kuingat ketika pertama kali kuperlihatkan
gadisku dihadapanmu

Ku katakan
betapa ia adalah bagian dari diriku


Ku katakan
betapa tak bertepi cintaku


Kau katakan
Begitulah kasih Ibu anakku


Ibu, tak bisa kubayangkan andai ku terpisah dari gadisku


Tak sanggup aku


tapi


Belum juga kukurimkan lembaran foto gadisku 


Pengobat rindu


Tahun  berlalu

Sang Ultraman.




Pengalaman baru Jilannisa, minta tanda tangan Idola.

Pertunjukan Ultraman di Supermarket dekat rumah kami ini tergolong biasa dari segi mutu shownya, setidaknya dari kacamataku. Stagenya terlalu sederhana untuk cerita dan sound yang sangat bagus, terkesan sengaja cukup dibuat sebegitu, sehingga terasa ada yang "hilang".
Kami khusus datang menonton demi Jilannisa. Padahal pada saat yang sama International Friendship Day, dimana aku dapat tugas masak gado-gado yang mewakili Makanan Indonesia, lagi berjalan, untung Lina san bersendia membantu menjualkan, sebab nasi kuning yang dimasaknya gagal, kelembekan, dan yang jadi cuma dari 3 cup beras, jadinya menu kami saling melengkapi ha ha. Untungnya pula Mikito san, koordinator acara mau mengerti kami pamit pulang lebih cepat, karena Jilannisa sudah menunggu kesempatan ini sejak lama (dia mengingat terus jadwalnya sejak papanya memberitahukan iklan acara ini), dan aku sudah bilang jauh-jauh hari tentang kemungkinan hanya bisa bikin makanan saja dan tidak bisa ikut performance serta acara lainnya karena alasan deadline thesis. Mana pula Prof. Nakamura Koji malah sedang menungguku di kantornya. Bayangkan, hari minggu sibuk begini ?, Oh Profku sayang...memang begitulah dirimu...hu hu
Sambil sedikit menyayangkan mutu dan cemas soal Profku yang sedang menunggu, aku tetap meliput acara itu.

Ceritanya tentang mainan milik seorang pemuda (Machan) yang dibuang ketempat sampah padahal masih bagus, mainan tak rela, lalu berubah jadi monster jahat.

Anak-anak sangat antusias jagoannya bisa dilihat langsung. Mereka sangat bersemangat menyemangati Ultraman melawan "sijahat" dan akan sangat ketakutan ketika "sijahat" muncul menyeramkan. Saat ketakutan mereka langsung tenggelam dalam pelukan orang tua masing-masing. Jilannisa malah sempat menggigil sambil memeluk papanya dengan kuat.

Tapi ketika ultraman in action sebagai pahlawan, mereka akan berdiri dan:
"Ganbare.....ultraman..ganbare...!.(ayo ultraman kamu bisa..! maju terus..!.kira-kira begitu)" semua bersorak, mengacungkan tangan, semangat dan larut dalam emosi..., seperti pernah latihan sorak-an.

Akhirnya dengan menghibur diri, kukatakan padaku sendiri "Bukankah ini pertunjukan buat anak-anak?, tenanglah..".

Ya, tentu saja, lihatlah gadisku dengan sabar antri menunggu gilirannya, lalu tanpa ragu dan malu minta tanda tangan, dan berfoto dengan tokoh perkasanya itu, kesempatan yang tak mudah kudapatkan ketika kecilku.
"Berbahagialah dirimu anakku", aku membatin, senang...
Alhamdulillah...


Kanazawa, 29 Mai 2005, Jusco

Sesama panitia: saling menguatkan




Assalamualaikum WW






Mba N yang baik, apakah dirimu masih
gundah?




Diriku jadi khawatir memikirkan dirimu
..




Tapi diriku bisa mengerti kenapa hatimu
gundah...




karena itulah daku menulis rangkaian
kata-kata yang mengalir saja dari kepalaku...subuh ini, daku takut tak bisa
tidur sebelum menuliskannya ....




 




Diriku ingin sedikit memberikan masukan,
agar dirimu jangan terlalu serius memikirkan beberapa ide yang masuk dari daku
maupun teman-teman yang lain yang agak berbeda dari usulan dirimu mengenai menu,
sehingga membuatmu pusing dan daku juga sempat, tapi toh ini belum final dan
keputusan akhir belum diambil. Toh sebagian besar usulannu tetap akan berjalan,
hanya masukan yang baru berupa tambahan menu, dan cara penyajian saja yang
dalam kacamataku dan juga beberapa yang lain akan membuat suasana lebih
bervariasi dan omoshiroi (menarik) bagi nihonjin, kalau kita
bisa memana-nya dengan agak “proff”, at least
terlihat begitu. Sebab, disamping menu, kita berfikir juga tentang acara ini
secara keseluruhan, jadi akan terasa lebih lain, ex:




 




1. Niat utama kita adalah menggalang dana
buat Aceh, acara lain setelah bokin (kotak amal), yaitu festival makanan dilengkapi show
kesenian and info Aceh lewat film/cd dengan narasi, mungkin juga dialog dengan warga Aceh
(pak Nasrullah dn Wawan ad kemungkinan bersedia datang).




 




2. Dari awal, kita harus sadar kalau acara
ini tidak bisa terlalu diharapkan mendapatkan untung besar seperti bokin yang
hanya dengan modal kemauan berdiri dan berteriak kita bisa dapat beberapa man-yen-an( beberapa puluh ribu yen).




Sedangkan acara semacam festival ini akan
menguras tenaga dan waktu lebih bayak, persiapan dan tenaga yang banyak juga,
keuntungan belum tentu "significan"t kalau mengharapkan hanya dari penjualan
makanan beberapa jam. Diriku bisa mengerti dirimu mengharapkan untung besar
dari jajanan pasar, seperti festival sebelumnya yang dirimu alami, tapi
sebesar- besarnya pun mungkin tak akan melebihi pendapatan bokin 3 jam an ( ex,
dari kalkualsi kita kemaren, yang 40 tahu untung 3000, kalau 400 tahu jadi
30.000, mungkin jenis makanan lain cuma dapat 15.000 di total jadi 45.000, coba
lihat waktu dan tenaga yang harus keluar buat mengoreng tahu agar tampil fresh
dibanding tinggal menghidangkan buat makanan yang sudah jadi, tapi jangan
terlalu difikirkan terlalu “serious dulu”, kita lanjutkan ke yang lain). Kalau
diprediksi, sebesar-besarnya keuntungan kalau hanya dari makanan mungkin akan
berkisar 100.000 an, tapi dibandingkan dengan waktu dan tenaga yang dicurahkan
panitia buat masak, pesiapan, latihan dll, tentu jumlah ini akhirnya menjadi
sangat minim atau tidak ada apa-apanya dibanding bokin (at least itulah istilahPak
Dahelmi yang masih lebih semangat bokin he he).Tapi toh niat kita kan buat amal, so,
hal ini tak akan dipermasalahkan siapa-siapa Insya Allah.




 




Diriku pun dari awal sudah memprediksi ini,
tapi hal ini tidak mematahkan semangat ku, terutama karena level acara ini
lebih tinggi dari bokin, kenapa? karena kita menjual "sesuatu" (makanan dan juga
acara), ini jauh lebih bernilai (minimal kalau dinilai dari segi kepuasan kita
secara batin) dari hanya minta sumbangan doang. Ini menyangkut semacam
pemperlihatkan “imeg” kita orang Indonesia
ke minna (semua orang) di Kanazawa.
Jadi, kalaupun untungnya sangat tipis atau almost zero, janganlah bersedih,
setidaknya dengan mengundang mereka, memperkenalkan variasi masakan Ina,
kesenian Ina, suasana sebenarnya lewat CD di Aceh yg terbaru, presentasi dengan power point kita sudah
melakukan "sesuatu" buat Aceh. Efeknya mungkin tak hanya langsung
muncul saat itu, tapi setelahnya, siapa tau setelah tersentuh dengan suguhan
kita mereka berniat menyumbang, entah apa, entah kapan, atau mungkin rasa
simpati saja. Yang kita cari juga adalah kesempatan untuk bicara,memperlihatkan
sesuatu “dari kita”, putra Ina, tidak hanya dari berita TV Jepang.




 




Kemudian kalau masih mau menambah dana yang
masuk, kita usahakan lewat cara lain, daku dari seksi acara punya beberapa ide,
if possible:




1. mencari sponsor kalau mungkin




2. membuat lelang barang/kue dan menjualnya
dengan yang berminant membeli paling tinggi demi Aceh




3. Memasang sebuah box bagi yang ingin
menyumbang secara sukarela, diharapkan setelah menonton VCD atau presentasi
dengan foto-foto, hati mereka akan lebih tergugah menyumbang langsung maupun
furikomi (transfer bank), maupun buat menghargai penyanyi atau penari yang
tampil menghibur nanti.




 




Nah, tugas kita bersama secara umum adalah,
menciptakan sebuah acara makanan, kesenian dan presentasi tentang Aceh secara
profesional, sehingga mereka tak merasa rugi ntuk membeli "kesempatan
untuk hadir" dalam acara kita. Makanan yang disajikan dengan menarik
adalah salah satu kunci menarik atau tidaknya acara ini, tapi yang lain juga
melengkapi.




 




3. Bukankah kalau setiap pemasak yang ingin
menyumbang, mengusulkan berdasarkan prediksi kemampuan yang mereka punya, juga
semangat untuk mnghadirkan "karyanya" adalah "power" yang
sangat berharga untuk menyemangati panitia di acara ini. Yang perlu kita bantu/sie
konsumsi koordinatori adalah bagaimana me"manage" semangat ini untuk
dihadirkan dalam acara, disamping menu yang telah disepakati bersama. Bukankah
ini akan lebih memudahkan dirimu, jikalau mereka (termasuk diriku) memasak
karena happy daripada tertekan, untuk menyiapkan menu yang belum tentu mereka
kuasai or tak ada waktu menyiapkannya, or dll.




Example lagi, daku melihat mba M yakin
sekali kalau rawonnya disukai dulu dan bakal disukai orang nanti, dan melihat
dirimu tak sepaham karena rawon hitam dan khawatir dari segi penampilan. Tapi
tanpa berat ke siapapun, menurut diriku, bukankah sekali lagi kita tak bisa
mengharapkan untung dari makanan terlalu besar, sehingga kalau mereka tak makan
rawon tak ada yang rugi, at least kita panitia juga kan harus makan, dan buat makan kita habisin
rawonnya. Mba Maya yang kalau kita biarkan menyalurkan keinginannya memajang
rawonya dan pasti semangat akan lebih ceria diacara daripada kita larang
menghadirkan rawon dan terpaksa membuat yang lain? Rawon ini hanya
contoh...yang kebetulan benar-benar ada, begitu juga dengan yang lain. Kalau ada
menu usul yang terlalau Aneh, mungkin bisa kite belokkan sedikit selama masih
tak terlalau ekstrim 




 




Sekarang sudah semakin jelas keadaannya,
al:




 




Menu




Nasi putih dengan lauk pauknya ( Dahelmi, Rama, daku, Lina, Maya, Nining dll)




Nasi kuning dan setnya (daku, dirimu dan Maya)




Sayur: asinan, gado-gado , rujak ( Nining,
Ida, daku?, dirimu?)




Jajanan (dirimu ,Maya, Nining, jenisnya
dikurangi saja kalau waktu dan tenaga tak cukup).




Minuman (kalau tenaga tak cukup, juice dan
teh/kopi juga cukup).




 




Semua ang diatas adalah bayangan dalam
kepalaku saja, dan tentu dirimu juga punya bayangan sendiri, demikian pula yang
lain tentu agak lain lagi.




Tetapi daku akan mengerti kalau banyak
perubahan dari bayanganku ini demi kebaikan bersama,dan kesuksesan acara ini.




 




Demikianlah yang terpikir saat ini untuk
diungkapkan kepadamu agar tak terlalu khawatir dan lelah dengan persiapanpan
kita. Kalau ada kata yang salah atau terlihat meggurui, mohon dimaafkan
sebelumnya, karena maksudnya bukan demikian melainkan memberikan pandangan
berdasarkan bayangan/imajinasiku diriku mengenai acara ini.




 




Masalah lain masih banyak yang harus di
proses agar jelas, meliputi tempat, ijin, promosi dan cara penjualan yang
efisien bagi panitia, tamu dan dana, oh iya, Mikito belum telp td malam.




 




Cheers,




Henny









Monday, May 23, 2005

Furikiwa mama




Indahnya Sakura




Sang Bunga




People and the Land




Dear All,

The
conflict between Israel & Palestine have been going on for a long
time now. If you wish to learn more how it started, you can visit this
United Nations website: http://www.un.org/Depts/dpa/ngo/history.html. I'm sure there's a lot sources out there as well.

There
are people made documentaries about it, but never really made it to the
public. One of them is called "People and the Land" created with great
risks by Tom Hayes and his crews. Zionist have lobbied to prevent PBS
(Public Broadcasting Service in United States) from showing the film.
Alhamdulillah (praise to God), now we can watch this documentary from the internet:

http://www.informationclearinghouse.info/people_and_the_land_video.htm

Please share this information to others...



Kasih papa




Midori with Cherry (Philipinne): Phil's food: Pangsit, Indonesian Durian and Rambutan

Start:     May 17, '05 4:30p
End:     May 17, '05 6:30p

Midori, with Tea: Thai games & reading the stories: Elephee Walk

Start:     May 24, '05 4:30p
End:     May 24, '05 6:00p

World Friend Day-NIC, Meyajikan Gado-Gado pedes!

Start:     May 29, '05 8:00a
End:     May 29, '05 6:00p
Location:     Hoikuen, K Harbour

Saturday, May 21, 2005

Gadisku


http://www.jilannisa.4t.com

Surat Buat Sahabat Fahima



Assalamualaikum WW



Salam
hangat buat rekan Fahima semua, tanpa bisa


menyebutkan
satu persatu, baik buat rekan sesama


pendatang
baru maupun yang sudah senior namun dengan


kebaikan
hati mau kembali memperkenalkan diri.


Arigatou....



Mba
Nisa arigatou tanggapannya, secepatnya saya pengen


chat
nih kapan ya...




Ibu-ibu
semuanya makasih atas ketulusannya...




Mba
Neny, selamat Ultah buat Adil kun, semoga menjadi


anak
Sholeh...




Ijinkanlah
saya memperkenalkan diri lagi, saya diberi


nama
Henny Herwina, biasa dipanggil Henny, atau Neny


(dilingkungan
keluarga aja, baik juga sih supaya nggak


nabrak
sama Mba Neny (ummuqonita) he he).


Sekarang
lagi berusaha untuk menyelesaikan S3 di


Kanazawa
univ, Kanazawa, Ishikawa ken, Japan,  walau


sudah
molor setahun, alasannya, bejibun he he. Tinggal


bersama
seorang suami dan seorang gadis kecil,


Jilannisa
Hanifa, 3.3 th.




Sehungungan
dengan anak, dan juga bahan diskusi


belakangan
ini tentang wanita, saya punya pengalaman


menjadi
ibu sambil nyambi sekolah, apapun


namanya...n....yang
menyedihkan dan menyenangkan....




Seperti
kita tahu, kalau sekolah disini, kebanyakannya


tidak
cukup kalau di sekolah sampai sore, seringnya


sampai
malam, misalnya di lab saya, karena memang


sibuk
dan dicocokkan dengan jadwal Prof kita. Prof


saya
adalah orang yang super sibuk, karena juga aktif di


kegiatan
luar kampus yang dipimpinnya bersama


masyarakat
sekitar kampus, pokoknya diantara sesama


dosenpun
kayaknya termasuk yang top deh sibuknya.


Otomatis,
waktu full buat mahasiswa bagi beliau justru


Sabtu
dan Minggu, sehingga kamipun muridnya lebih


banyak
stand by di lab ketika orang lain pergi


berlibur.
Hiks...




Sebagai
seorang Ibu, hal ini menjadi masalah


tersendiri
bagi saya yang ingin sebanyak mungkin


mempunyai
waktu buat sikecil. Untunglah suami sangat


membantu
dengan pengertian dan kesediaan bersama


sikecil,
misalnya sekarang sehabis menjemput dari


sekolah/hoikuen
sore hari sampai saya pulang kerumah


malam
harinya. Ini memang sudah dibicarakan sebelum


kami
memutuskan mau punya bayi, 3 th setelah menikah


(sekarang
sudah 6 th red), alasannya, ya karena saya


harus
sekolah. Saya memang bukan tipe ambisius dikarir


saja,
tapi akan serius dan selalu ingin melakukan yg


terbaik
kalau punya tugas, sehingga saya berkeinginan


menyelesaikan
pula sekolah saya dengan ijin suami.


Terkadang
atau lebih tepat seringnya, sampai makan


malampun
suami hanya berdua anak saya yang balita.


Saya
sendiri hanya bisa menatap sedih dan terharu dari


laboratorium
ke layar komputer yang seringnya saya


pasangi
Webcam YM agar sikecil juga melihat saya dan


saya
juga melihatnya (Ngga bisa ngobrol karena comp.


di lab
saya YMnya ga punya fasilitas voice euy..).


Padahal,
saya percaya kalau hal terbaik yang bisa kita


berikan
bagi anak, apalagi saat balita adalah waktu


untuk
kebersamaan yang cukup dan kasih sayang orang


tua,
terutama Ibu.




Adalah
kesedihan yang mendalam bagi saya bahwa saya


hanya
bisa bermain dengan bidadari tercantik diistana


saya
dipagi hari sebelum dia ke hoikuen (sudah sekolah


sejak
masih bayi, umur 8 bulan) dan malam hari sebelum


tidur
akhir-akhir ini (ketika masih dibawah 2 th, saya


menjemputnya
dari hoikuen (mirip play group tapi juga


mirip
sekolah, banyak bermain, keterampilan olahraga,


persiapan
sampai masuk SD?) jam 3.30, makan malam


bersama,
memandikan, lalu terkadang ke lab./kampus


lagi
sampai lewat jam 10, dia sudah tertidur dengan


papanya.
Sejak masuk kelas 3, setahun yang lalu  dia


boleh
di hoikuen sampai jam 5, jadi suami yg


menjemput,
saya di lab terus sampai sekitar jam 7.30,


kadang
kurang, tapi seringnya  lebih dari itu(kalau


sensei
keluar kota saya suka cabut pulang agak sorean


dan
menjemput anak disekolahnya hi hi).




Pernah
suatu pagi, ketika anak saya berumur 1.5 tahun,


duduk
di kelas dua hoikuen, saya sedih sekali ketika


harus
menyerahkan anak saya ke senseinya (gurunya),


sebab
malam sebelumnya saya pulang jam 11 malam dan


tak
sempat menidurkannya, dia sudah tertidur kecapen.


Paginyapun,
hanya sekitar satu jam saya bisa bertemu


karena
sikecil baru bangun sekitar jam 8 pagi. Itupun


dengan
segala persiapan buat kesekolah bagi dia,


sebenarnya
tidak bisa main sih, karena saya selalu


cemas,
ga enak kalo telat..., walau seringnya telat


hu.....


Dalam
hati saya tak ingin dia sekolah hari itu, agar


bisa
bersama lebih lama, saya sangat ingin dan seperti


kehausan,
juga merasa sangat bersalah karena tak bisa


untuk
mengurusnya, memeluknya, menatapnya, atau hanya


ada
bersamanya (anak saya semata wayang, Jilannisa,


yang
sudah berkomunukasi dengan saya sejak di masih


didalam
perut ,  ketika kehamilan saya menginjak 5


bulan......yang
saya tunggu-tunggu kelahirannya dengan


tak
sabar...). tapi.... saya tak bisa, karena saya


harus
pergi sekolah juga hari itu . Ketika senseinya


bertanya
(mungkin saya keliahatan beda pagi itu?) dan


ketika
saya ceritakan perasaan saya, tangis saya tak


terbendung,
tergugu saya menumpahkan perasaan,


bagaimana
sebenarnya saya masih ingin bersama sikecil


sepanjang
hari, tapi hari itu saya tak bisa


meliburkannya...,
suami juga harus pergi bekerja...


Entahlah
bagaimana kesan sensei yg nihonjin itu pada


kecengengan
saya, tapi menurutnya saat itu di Jepang


sudah
tak banyak orang tua yg merasa seperti


saya...dia
bilang itu perasaan baik....Entahlah, saat


itu
saya hanya merasa saya dan anak saya sangat


malang....



Pada
saat seperti itulah saya merindukan ingin menjadi


ibu
rumah tangga full saja tanpa punya tugas-tugas


sekolah,
namun dalam waktu bersamaan saya berfikir


bahwa
saya sudah memulai sekolah sebelum punya anak


dan
harus siap dengan konsekwensinya.


Karenanya,
bersyukurlah rekan Fahima yg sebagian besar


ibu
rumah tangga penuh, punya seluruh waktu yang bisa


dicurahkan
bagi buah hati, suami dan segala urusan


rumah
tangga. Karena kesuksesan kita menjadi istri dan


Ibulah
justru yang akan menjadi ukuran ibadah kita


bagi
Allah, jika kita meniatkannya memang karena


Allah.



Satu
hal yang membuat saya terhibur dan bersyukur


tentang
anak saya adalah, bahwa dia menyukai sekolah,


guru
dan teman-temannya (mungkin karena sistim


pendidikan
sekolahnya juga bagus, kemudian dia punya


kegiatan
bermain yg terstruktur, yang tak bisa


didapatkannya
kalau dia tak sekolah, atau menurut saya


salah
satunya juga karena konsisi sebuah rumah di


Jepang
sini berbeda dari rumah kita di Ina, hanya ada


satu
pintu masuk didepan, jendela yang banyak malah


dibelakang,
juga ruang tamu, jadi anak tidak bisa


berinteraksi
dengan tetangga apalagi dengan anak


tetangga
untuk bermain secara alami seperti di


Indonesia
dulu sering saya lihat, kecuali kalau kita


bisa
menyempatkan waktu keluar rumah, taman, pusat


perbelanjaan
agak lebih sering).




Tetapi
dengan ijin Allah, berjalannya waktu dan saling


pengertian
antara kami bertiga, Alhamdulillah, gadis


saya
saat ini tumbuh menjadi anak yang percaya diri,


sehat
dan cerdas untuk usianya, dan tentu saja bagi


saya
adalah bunga tercantik di taman cinta dalam rumah


kami.
Sehingga walaupun pada awalnya saya tidak tega


untuk
"menyekolah bayi saya", dengan berbagai


kecemasan
seorang Ibu, setelah beberapa bulan, saya


mulai
lega dengan perkembangannya. Karena kami hanya


bertiga
disini dan saya baru pertamakali punya anak,


banyak
hal yang saya pelajari juga dari sensei/guru


bayi
saya, kapan harus diberi makanan padat, dan


ini-itu
yang kalau saya di Indonesia mungkin kita


dapat
dari orang tua, baca buku dll.




Undokai
(hari pertandingan olahraga, hapyokai ( hari


presentasi/
unjuk kebolehan diakhir tahun ajaran),


dll,
disekolahnya adalah hari bahagia bagi anak dan


orangtua.
Apalagi sekarang ketika gadis saya mau masuk


ke
kelas 4 hoikuen, April depan, saya bahkan sangat


menikmati
ketika harus menyiapkan segala perlengkapan


dan
seragam barunya, belanja ini itu, membayangkan


kegembiraannya
menjadi one-chan.(kakak/anak


perempuan)...bukan
kodomo lagi (bukan bayi lagi),


keinginannya
memiliki alat-alat yang lagi trend


seperti
punya temannya (jangan-jangan malah sangat


menimati
dari anak saya sendiri he he jangan sampai


..).



Dia
juga sangat dekat dengan saya, Ibunya, walaupun


sebenarnya
dia punya waktu lebih banyak dengan guru


dan
Ayahnya. Saya merasakan ini sebagai anugrah tak


terhingga
dari Allah, karena saya sangat mencemaskan


adanya
kelainan perkembangan jiwanya dengan kurangnya


waktunya
bersama saya, figur Ibu. Semoga perkiraan


saya
terhadap perkembangan psikologi anak saya ini


benar,
dan tidak ada efek yang justru muncul


dikemudian
hari.  Namun, bagaimanapun, saat ini saya


adalah
masih seorang Ibu yang selalu dahaga, tidak


pernah
puas dan selalu kangen secepatnya bertemu anak


saya,
walaupun hanya beberapa menit lebih cepat, saya


akan
sangat mensyukurinya. Ya Allah, bimbinglah


saya......Amin.....



Wah...akhirnya
jadi panjang gini, rekan Fahima, gomen


ne/maaf
ya, kepanjangan, semoga bisa jadi pertimbangan


bagi
yang masih single, masukan bagi yang


simpai/bingung
dan cemas ketika baru mau menyekolahkan


anak......



Yoroshiku
onegaishimasu.......




.

Henny,
Kanazawa




NB.
Buat rekan yang di Indonesia
atau tempat lain,


maaf
kalau keselip beberapa kata Jepang, saya usahakan


menulis
artinya juga tapi mungkin juga ada yang lupa




Sunday, May 15, 2005

Midori kyoushitsu

Start:     May 17, '05 4:30p
End:     May 17, '05 6:30p
Location:     Midori 2 chome

Presentation about Tsunami in Indonesia: Tsunamiga motarashita fukou to saiwai

Start:     May 16, '05 12:00p
End:     May 16, '05 12:45p

Pengalaman Bokin



January 21, 2005, Kanazawa
Ditengah cuaca yang kurang bersahabat dan tenaga yang
sangat
minim, Alhamdulillah, program Peduli Aceh kita di
Eki(stasiun) kemaren
telah membuat total dana yang tekumpul melebihi
600.000 yen . Mbak
Maya, Pak Dahelmi, Rama, Mikito san, Lina yang
nganterin barang,
Mbak Neny yang jagain anak-anak. Uda yang jagain Nisa
sepulang sekolah, O sukaresamadeshita.....(terimakasih
atas kerjakerasnya)

Awalnya penulis sempat ragu, apakah bokin (minta
sumbangan amal buat aceh) akan diadakan atau
dibatalkan mengingat sampai 1 jam molor dari rencana
menggelar
bokin, hanya penulis berdua mba Maya yang hadir di
Eki. Lina yang
sebelumnya dengan baik hati membantu penulis membawa
perlengkapan
sampai ke eki telah kembali ke kampus. Agung sempat
menyamperi,
tapi beliau harus kuliah, bye bye, hati-hati ya...
Kami harus terus berdiri selama satu jam, sebab
diruang tunggu ada
3 orang mabuk yang tampaknya menguasai tempat itu
(dari pada dari
pada....). Mbak maya sebenarnya habis arbaito (kerja
part time) dari pagi, wajah
beliau nampak capek, tapi semangatnya, jangan
tanya....... Penulis
yang sempat goyah mendengar telepon dr Rama yang
tampaknya tak
bersemangat buat bokin (mungut sumbangan), karena tak
ada tenaga lain yang bisa hadir,
bangkit lagi menjadi semangat karena merasa ada teman,
belum lagi
pengunjung eki cukup padat, wah.....

Sebenarnya, walaupun hanya berdua kami sempat berfikir
nekat, lebih
baik berdiri mengelar bokin diluar berdua dan dapat
dana beberapa
ribu, daripada berdiri menunggu tidak dapat apa-apa
dan kaki tetap
harus pegal. Untunglah Rama dan Pak Dahelmi kemudian
datang dengan
membawa donat dan kopi hangat, pas saat penulis mau
beli minuman
hangat karena merasa kedinginan. Srup..srup
...sebentar...buru-buru...

Kita yang sudah tak sabar langsung aisatsu
(mengucapkan salam dan minta ijin) ke ruang kepala
eki/stasiun ,
mereka baik sekali dan bilang OK,jadi PD deh.......,
kalau belum
aisatsu, penulis merasa takut kalau kalau ditegur
pihak keamanan,
kalau kalau......., sekarang ngerasa powerfull deh he
he

Awalnya karena cuma berempat Rama keberatan group
dibagi 2 agar
bisa menggelar di dua pintu masuk secara bersamaan,
seperti juga
seminggu yang lalu, Pak Hery keberatan grup dibagi
dua, beliau
khawatir dan minta kita menghemat tenaga dan suara
buat di Daiwa (nama department store) besoknya, saat
itu penulis bandel dan setelah sabar 2-3 menit
akhirnya tetap membawa minggat Lina dan pak Dahelmi ke
gate yang satunya he he. Pak Hery akhirnya terpaksa
membiarkan.... Geomenn ne (maaf) Pak Hery....

Akhirnya setelah diyakinkan, daripada dapat 50 % lebih
baik 100%
dalam waktu yang bersamaan, Rama terpaksa setuju
ketika penulis dan
pak Dahelmi menggelar di gate yang satu lagi.
Masing-masing, satu
tangan pegang spanduk, satunya lagi box, tampaknya
sangat
reasonable he he. Mba Maya sih sangat OK dan
mendukung, bagi
beliau , time is..... bokin........
Walaupun selama ini di setiap bokin katsudo ternyata
beliau berteriak
"Sumatra tsunami onegaishimau.....(artinya Sumatra
tsunami please, salah sih, habis mba maya ga bisa bhs
jepang..., harusnya Sumatra no tsunami no isya isya no
tameni onegaishimasu/buat korban tsunami sumatra)..."
toh tak ada yang protes.. he
he akhirnya dengan latihan singkat, beliau jadi fasih
berteriak "go
sien (bantuan) atau go sen yen (5000 yen)
onegaishimasu..."..... yappari. (tuh kan..)... he he.
Tabun daijoubu (mungkin ngga apa-apa).....
Haik....tabun....(ya mungkin�.???)

Selanjutnya, adalah perjuangan......
Cuaca sangat dingin, penulis yang biasanya bisa pakai
tangan kosong
disaat yang lain pake sarung tangan, kali ini beda,
setelah memaakai
sarung tangan pun tetap sangat kedinginan, belum lagi
kaki. Bisa
terbayang betapa kedinginannya Pak dahelmi yang baru
musim kali ini
bergaul dengan Snow. Tapi ketika ditanyakan apakah
daijoubu or not
beliau selalu bilang masih OK (......?)

Banyak kejadian mengharukan selama berteriak,
"Indonesia-Sumatra Oki
jishin to Tsunami no isyaisha no tameni go sien
onegaiitashimasu...".
Yang jelas Pak Dahelmi bisa berteriak dengan fasih,
padahal sebelum
ada bokin, nihonggo (bahasa Jepang) beliau almost zero
he he

Ada pelajar SMA wanita yang dengan sadar memasukkan
10.000 yen.
Penulis sempat tanya, apakah nggak apa-apa sebanyak
itu, kan masih
sekolah, dia bilang please....
Allahhu Akbar...penulis jadi pengen nangis......eh
nangis dikit
sih, tapi ga sempat berlanjut karena harus berteriak
lantang lagi,
Indonesia no oki jishin....... dst dengan mata
berkaca-kaca...
Kejadian hampir menagis dan menagis ditahan terjadi
berkali-kali
sepanjang pengalaman bokin. Minggu lalu penulis
dipeluk seorang
Ibu.
"Dari Indonesia?" Oh....kata beliau sambil memeluk
penuh
simpati dan menepuk-nepuk punggung. "Waktu nonton
berita tgg tsunami, tak henti-hentinya saya
menitikkan airmata...." kata beliau.
Ya Allah.. serasa bukan di Jepang..toh tak ada dalam
culture or kebiasaan mereka memeluk untuk menyatakan
simpati.
Kenapa Ibu ini lain ya ? kata penulis ke Lina di
sebelah disela-sela teriakan kami. Bagaimana cobaan
tsunami ini telah memanggil dan
mengetuk hati banyak orang tak dapat dipungkiri lagi.
Kalau
dilogikakan, hampir tak mungkin....kejadian-kejadian
semacam ini
ada disini.....
" Aku kok nggak dapat pelukan ya...." kata Lina,
pura-pura cemburu, hua ha ha.

Ada lagi dua gadis yang memberi dana, tapi kemudian
dengan penuh
harap meminta kami menerima "kairo" dari mereka dua
buah, semacam
busa untuk penghangat yang bisa ditempel bagian tubuh
.
"Dingin sekali..., pakailah ini, ganbette ya..", kata
mereka penuh harap. Mata mereka itu hlo....teduh,
simpati.....Ya Allah...Engakau Maha Tahu...

Kairo akhirnya kita masukin kesarung tangan satu
seorang, setelah
beberapa menit, eh enak...hangat....pak Dahelmi jadi
merasa kurang
hanya punya satu, sebab kalo ada dua bakal aman beliu
berfikir,
kita bisa lebih bertahan lama.Akhirnya kita memutuskan
break, kondisi badan juga harus OK agar bisa bekerja
optimal, penulis berlari untuk membeli kairo di
konbini (toko kelontong) , juga sekaligus buat Mba
Maya dan
Rama. Ternyata ada yang buat kaki juga, baru tau nih,
siip
deh........Yosh....beli....sekalian buat Ida dan
Indah...kalo udah datang.....berharap.

Alhamdulillah Mikito san datang membantu di group
Maya-Rama, suara
beliau yang dahsyat adalah sangat powerfull menarik
perhatian
pengunjung. Sebelum doi datang hanya suara mba Maya
yang terdengar,
Rama karena kurang sehat, sakit kepala, tapi
dipaksaain juga (padahal
sudah diwanti-wanti nggak usah maksain diri), hampir
ga bisa hapal
mau teriak apa. Sebenarnya penulis kurang enak hati
membiarkan Rama
terlibat, padahal kondisinya demikian, tapi gimana
lagi....gimanana
lagi....dilarang juga sudah tak bisa, siapa tahu Ida
dan Indah
bakal datang.....penulis tetap berharap.
Ganbarooo...! (Tetap semangat..)
Sesaat setelah diberikan, Mikito san langsung memasang
kairo di
kaki dan tangan, dia sangat kedinginan. Mulutnya masih
sambil
berteriak, lalu setelah beberapa detik dengan sigap
langsung
memegang sebuah kotak dan action lagi. Tiba-tiba
penulis yang mau
balik ke gate sendiri dicegat seorang siswi SMA,
sambil memegang
tangan penulis, menyodorkan 1000 yen, ketika penulis
menunjuk box
yang dipegang mikito, dia bilang "malu"... katanya
sambil wajahnya
ditekuk dan berbalik menjauh dan meninggalkan uangnya.
Penulis bingung, kasian, dan bertanya-tanya.....
Akhirnya penulis minta Mikito san pegang kotaknya di
arah berlawanan saja, biar mba Maya saja di arah yang
dekat ke pintu, mungkin kalau box dipegang perempuan
lebih netral
bagi gadis-gadis?, kalau Mikito, siapa tau nanti
banyak yang
malu.....gawat....deh, pemasukan bisa menurun drastis
he he.
Iya-iya...Mikito setuju. Menurutnya kalau masih SMA,
mungkin saja
malu. Oooo......?

Jam 5 sore, Rama ingin mengakhiri.
Masalahnya kali ini penulis dan yang lain ga mau
berhenti, pengunjung eki lagi rame-ramenya, dan kita
toh bersedia ditinggal pergi, kan masih tinggal 4
orang..... Apalagi kairo
memberi rasa nyaman, at least ga harus berjuang
melawan tangan dan
kaki yang kedinginan....banget...lagi.
Jam 6 kurang, group digabung ke satu gate yang terang
saja. Kita
bertahan terus. Anehnya penyumbang makin malam makin
rame, jadinya
malas menutup spanduk, bahkan kita ga teriak-teriak
juga duit tetap
berdatangan, lebih seru malah. Penulis malah
menyelingi teriakan
dengan diskusi sama Mikito san soal rencana charity
bazar, tempat
dll, sambil terus bilang terimakasih ke penyumbang,
lalu teriak
lagi, dst..

Seorang bapak berjas datang, buka dompet dan bertanya;
"Dari
Indonesia?" sambil mengamati penulis, terus memasukkan

sumbangannya. Entahlah beliau berfikir apa, mungkin,
Indonesia
paling taihen (paling berat terkena musibahnya), kasian.....mungkin.....entahlah....

Terimakasih para penyumbang,semoga kebaikan anda semua
mendapatkan
balasan yang berlipat ganda.
Terimakasih Mikito san, terimakasih semua rekan-rekan
atas
kerjasama dan semangat juangnya...............
Terimakasih Eki, Yuki...Terimakasih Kanazawa...
Semoga walaupun sedikit, bantuan kita semua akan
memberi sedikit arti bagi beberapa orang saudara kita
di Aceh sana. Amin.



Menjelang subuh, ditemani Jilannisa ku yang sedang
terlelap dalam mimpi

Jilannisa bus trip

Start:     May 19, '05 9:00a