Ini hari yang istimewa bagiku karena ditugaskan sebagai penguji bagi wali kelasku ketika SMA dalam sebuah forum ilmiah. Alhamdulillah Ibu Yulnetti, guru wali kelasku di SMA 1 Payakumbuh (1989-1991) berhasil menyelesaikan sidang akhir beliau dalam mempertahankan tesis untuk meraih gelar Master Sains di Program Studi Pasca Sarjana Biologi UNAND siang tadi. Meskipun statusku sebagai penguji kali ini, posisi itu tak sedikitpun mengurangi rasa hormat dan sayangku pada Bu Neti. Aku tetap mengagumi beliau sebagaimana seorang murid mengagumi dan menghormati gurunya. Apalagi, diusia yang tidak muda lagi, disaat anak-anak beliau telah remaja, dengan penuh semangat beliau masih mau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Berkendara 2-3 jam antara Payakumbuh-Padang tak menyurutkan niat baiknya.
Bu Neti memang mengagumkan. Rasa percaya diri beliau yang tinggi tampak jelas sekali. Tegar dan selalu penuh senyum. Meskipun beberapa pertanyaan penguji tak terjawab tuntas, beliau tidak serta merta menyerah. Bahkan, ketika pimpinan sidang mencoba “menggoda” beliau beberapa saat sebelum hasil sidang diumumkan dengan mempermainkan kata seolah-olah beliau harus “mengulang lagi mendaftar…”, Ibu Neti masih menjawab dengan senyum bahwa beliaupun telah siap dengan hasil seperti itu. Siap juga mencari dana lagi untuk perpanjangan studi jika diperlukan (selain mengajar sebagai guru SMA, beliau juga berwiraswasta, berjualan di pasar dengan mobil). Tak mempan digoda, ketua sidang terpaksa menerangkan bahwa Ibu Neti “diminta mengulang lagi mendaftar… untuk ikut upacara wisuda!” he he he.
Semua terharu ketika Ibu Neti memberikan kesan dan ucapan terima kasih beliau pada pembimbing dan penguji. Pada pernyataan terakhir, beliau berterima kasih pula atas support dariku sambil berlinangan air mata haru. Padahal sejujurnya, partisipasiku dalam pendidikan S2 beliau di labku nyaris tak ada, tertutupi oleh kesibukanku sendiri. Paling-paling jika sempat berbincang saat berjumpa dalam waktu-waktu yang sempit, materinya lebih kepada keluarga dan nostalgia. Walaupun begitu, dari percakapan kami yang jarang sekali itu aku semakin tahu bahwa Ibu Neti adalah sosok bunda jelita yang selalu membimbing dan mengajar muridnya dengan lembut namun tetap tegas dan disiplin. Beliau termasuk guru yang menentang “sikap galak” dalam membina murid. Ini saaangat…. cocok sekali denganku.
Aku memang tak melihat perlunya bersikap keras dan berlebihan agar mahasiswa atau murid menyegani dan patuh pada kita, seperti pendapat yang dipaksakan orang-orang tertentu padaku. Sebagaimana sikap lembut Bu Neti padaku di SMA 1 dulu, sebagaimana sikap pak Intan dan Pak Soelaksono yang begitu memberi kepercayaan dan harapan besar padaku saat di ITB, sebagaimana Pak Dahelmi pembimbing skripsiku yang sangat yakin dan bangga pada kemampuan akademis dan prestasiku sejak aku masih S1, seperti itu pulalah aku memandang para mahasiswaku. Alih-alih bersikap galak dan seram, bagiku mahasiswa adalah sosok istimewa dan unik, yang perlu diajak bersahabat dan diberi kepercayaan bahwa mereka semua berpotensi dan punya harapan kedepan.
Berbekal sikap positif yang pernah aku terima dari para guru tercintaku selama ini termasuk Bu Neti, aku yakin sekali akan perlunya selalu bersikap positif terhadap orang lain. Sekali lagi kuingin mengucapkan selamat atas kelulusannya Bunda… Aku selalu bangga menjadi muridmu.