Sunday, September 19, 2010

"Kenapa sih, Jilbabnya Kok Panjang Sekali?"

Pada sebuah acara temu akbar alumni di fakultasku di Padang, seorang senior dua tahun diatasku yang telah sukses menjadi anggota dewan di Jakarta tersenyum menyapa. Komunikasi yang terjadi sangat singkat, tapi ajaib rasanya ketika beliau berkata:

“Wah, salamannya boleh bersentuhan tangan nggak nih?”, sambil berlalu mengangkat hp.

Aku terpana dengan cara beliau merespon sikapku yang merapatkan dua tangan di depan dada, berharap salaman ala Sunda yang elegan, cukup menunjukkan rasa hormatku.

“Hm..kenapa sih, jilbabnya kok panjang sekali?” disertai dengan senyum menyayangkan.

Aku semakin merasa takjub dengan komentarnya tersebut.  Pertama, kaum hawa disekitarku sekalipun belum pernah bertanya dengan cara demikian atas cara berpakaianku. Kedua, sebagai mantan aktifis organisasi yang kental keIsalamannya bahkan sekarang sudah menjadi wakil rakyat, tampaknya beliau terlalu sibuk, sehingga mungkin jadi jarang membaca buku, mendengar atau sekedar menonton majlis-majlis keagamaan yang bolak balik membahas bagaimana seni berpakaian yang diperintah Allah dan dijelaskan rasul bagi seorang muslimah. Batasan mana yang aurat dan tidak aurat menjadi patokan, mengenai model tentulah dapat disesuaikan, dianjurkan yang lapang dan tak membentuk lekuk badan. Hm…

"Semoga kesibukan beliau adalah demi memikirkan nasib rakyat..", bathinku.