Monday, January 5, 2009

Dosen Dengan Senyum Paling Menawan

"Selamat ya kak!", suara ceria Ai, mahasiswi jurusan Farmasi yang aktif di ESQ Sumbar  itu menghentikan lamunanku di suatu subuh yang dingin pada bulan Februari 2008. Saat itu kami sedang antri untuk memakai kamar mandi di rumah gadang tempat kami menginap di Minang Village Padang Panjang. Wajah kami masih dibalut kantuk, setelah tadi malam mengadakan acara Pelepasan Dosen Purnabakti, dan kuliah lapangan umum Jurusan Biologi UNAND di panggung terbuka, Medan Nan Bapaneh. Sehabis menyelesaikan tugas sebagai MC, aku memang langsung membawa putriku Jilannisa yang telah tertidur di pangkuan Pak Johanes Allen ke rumah gadang tempat penginapan dosen dan alumni, lalu merebahkannya di atas dipan berkelambu tradisional yang terdapat di salah satu kamarnya. Ternyata aku telah ikut pulas tertidur hingga subuh, sehingga tak sempat mengikuti berbagai acara keakraban dan hiburan dari mahasiswa-alumni setelahnya.

"Selamat kenapa Ai..? Kamu datang sama siapa? Kok bisa nyasar kesini?", kataku terheran-heran dengan kehadiran anak Farmasi di acara Jurusan Biologi, walaupun dua jurusan ini memang terbiasa bergabung untuk urusan kuliah lapangan pada mata kuliah tertentu, seperti morfologi atau taksonomi tumbuhan.

"Sama Pak Dayar dan lain-lain kak...", terangnya menyebutkan nama profesor senior UNAND, pakar farmasi yang memang sangat akrab dengan semua orang, apalagi beberapa dosen biologi yang memasuki masa pensiun sekarang ini adalah sahabat dekat beliau.

"O...., pantes...,  trus, kakak diselamatin kenapa tadi?"

"Kakak kan terpilih sebagai nominator dosen berpakaian termodis dan terpilih sebagai dosen dengan senyuman paling menawan di jurusan biologi...", Ai menggodaku dengan tersenyum penuh arti.

" Hah?, kenapa? kok bisa? eh?...tapi....makasih infonya ya....., kakak duluan ya....!" kataku tak sempat berpikir lagi karena harus segera masuk ke dalam kamar mandi untuk berwuduk. Antrian dibelakang kami masih panjang....

Siangnya, para mahasiswa yang kutemui saat akan mengambil sampel di lapangan juga memberiku ucapan selamat.

"Selamat ya Bu, Ibu mendapat hadiah bunga...", begitu kata mereka, walaupun sampai hari ini bunga itu tak pernah sampai ketanganku.

Anehnya pernyataan Ai di Minang Village masih terlintas dibenakku. Kalau aku jadi nominator dosen berpakaian termodis dan hanya terpilih sebagai termodis kedua karena dosen berpakaian termodis satu adalah Bu Zozy yang terbiasa tampil rapi dan maskulin dengan stelan baju kerja dan celana panjang yang apik, masih masuk akal bagiku. Aku malah bersyukur walau hanya menjadi nominator, karena penampilanku khasku dengan gamis dan jilbab panjang termasuk dikategorikan modis oleh para mahasiswaku. Artinya, usahaku untuk berpakaian Islami seperti yang dianjurkan telah pula menjadi pilihan sebagian dari mereka.

"Alhamdulillah, ini pertanda baik, semoga suatu hari nanti, berpakaian Islami menjadi pilihan utama para mahasiswiku....", bathinku.

Yang menjadi ganjalan dihati adalah bahwa aku terpilih sebagai "dosen dengan senyum paling menawan?". Aku menjadi bertanya-tanya, kenapa bisa para mahasiswa dari berbagai angkatan telah memberiku predikat demikian? Walaupun ini hasil angket khusus untuk acara tersebut saja, hasilnya membuatku tak habis pikir dan cendrung merasa cemas. Apakah aku telah tanpa sengaja menyebar senyum menawan kepada mahasiswaku sehingga...terlihat.... me-na-wan dimata mereka? Kalau demikian.... Astagfirullah... betapa aku takut akan murkamu ya Allah... Tiada maksudku seperti itu... Segala kebimbangan dengan konsekwensi dari profesiku sebagai dosen wanita bermunculan di kepalaku. Berbagai pro dan kontra pendapat tentang wanita bekerja menurut pandangan Islam dan segala resikonya kembali berputar dalam pikiranku.

Sampai beberapa hari kemudian,  Arfellina, asistenku di Paraktikum Taksonomi Hewan Invertebrata memberikan penjelasan atas pertanyaanku.

"Ibu..., senyum yang menawan bagi kami itu, maksudnya adalah...bahwa senyum yang Ibu berikan pada kami .... begitu tulus...." jelasnya dengan tatapan dan ekspresi penuh rasa hormat dan sayang.

"Alhamdulillah..., jika demikian maksudnya..., terimakasih Felli", jawabku dengan rasa haru.

Terimakasih ya Allah, kalau ketulusanlah yang terbaca oleh para mahasiswaku. Senyum, terkadang tak kusadari telah hadir begitu saja ketika berjumpa dengan orang-orang disekitarku. Hanya kepadaMu aku berlindung dari kebinasaan...karena sikap dan perilaku-ku...

Perlahan, aku kembali teringat dengan komentar perpisahan dari salah seorang rekan satu laboratorium di Kanazawa Jepang di penghujung 2005, yang kemudian ditulisnya dalam album kumpulan pesan yang dilengkapi foto-foto rekan satu lab sebagai kenang-kenangan bagiku sebelum pulang ke Indonesia. Album istimewa yang selalu akan membuatku didera rasa haru jika membuka dan membaca komentar-komentar mereka...

"Hallo Henny san.....Aku adalah anggota baru di laboratorium Ekologi ini. Ini tahun pertamaku masuk laboratorium. Aku tak terlalu banyak berbicara dengan orang lain termasuk dengan Henny san. Tapi Henny san pasti selalu tersenyum padaku saat berjumpa, kapan dan dimana saja. Itu membuatku merasa bahagia menjadi bagian dari laboratorium ini. Henny san..., arigatou ne...".

Ah, aku jadi tersenyum mengingatnya...,dengan rasa syukur yang kental...

Padang, 5 Januari 2008

 

 

24 comments:

  1. subhanallah...
    senyum yang tulus ternyata benar-benar melekat di hati orang yaa....
    selamat Mbak Henny..
    salut deh, dengan gamis dan jilbab lebar tetap modis dan tampil menawan :-)

    ReplyDelete
  2. Uni Henny mah memang selalu indah :-)
    *hugs* kangennnnnnnnnnnnn :-D

    ReplyDelete
  3. unii..kangen senyumnya..;-)
    salam sayang ya buat nisa..

    ReplyDelete
  4. :) senyum dulu ...
    selamat, mbak henny. smg nanti mnjadi dosen terbaik. aamiiin...

    ReplyDelete
  5. Selamat ya mbak Henny..ikut senang kok..

    ReplyDelete
  6. Senyum yang tulus juga merupakan ibadah, selamat ya mb Henny:)

    ReplyDelete
  7. Udah lama ngga baca cerita2nya .. selamat ya ..

    ReplyDelete
  8. Dear Henny, jangan tutupi senyum dengan sehelai benangpun, karena itulah yang seharusnya mengiringi amal dan ibadah kita.( Muka dan ekspresinya adalah identitas atau ciri khas yang diberikan oleh Allah supaya kita bisa saling mengenal atau membedakan satu dengan yang lainnya.)
    Bagi mana bisa kita melakukan sesuatu untuk orang lain tanpa senyum?, kan yang kita inginkan sesungguhnya orang itu 'bisa menerima' dan bukannya 'ragu2 untuk menerima', karena itu yang akan mereka rasakan setelah melihat raut muka si pemberi.
    Go henny.., senyum adalah karunia dari Allah.. berikan yang terbaik yang kita miliki...
    big hugs.
    riri.martamin

    ReplyDelete
  9. uni makin sibuk, tapi senyum gak pernah lupa....apa kabar uni

    ReplyDelete
  10. Pa kabar Titin sayang, dah lama tak jumpa, lagi dimana ini apa kabarmu...
    Namanya juga inginnya hanya baik dimata Allah ada rasa cemas dan bimbang melangkah Tin..semoga mba dan kita semua slalu diarahkan di jalannya ya...
    Amin...
    Salam sayang dan kangen...

    ReplyDelete
  11. Ima sayang, he he kalau udah ketemu mah enggak seindah di MP kalee...
    Ima baik sekali berfikir demikian, semoga aja kita semua selalu dalam keindahan kasihNya ya Ima... Amin...
    Kangen juga....
    *hugs lagee :)) *

    ReplyDelete
  12. Santi adekku...
    Pa kabar d negeri paman Obama?..semoga sehat dan bahagia selalu ya...
    Salut buat kalian bertiga terutama Shasa yang pintar dan semakin ok aja pastinya dengan kemampuan Englishnya
    Salamnya disampaikan.., makasih...
    Salam sayang kembali buat Sasha
    Baik-baik disana ya....
    Luv, Uni

    ReplyDelete
  13. Makasih Mas Setta, :) senyum balik
    Amin...
    InsyaAllah berbuat terbaik aja semampu kita Mas, soal predikat mah kan bukan sasaran kita ya...
    Seandainya saja saat pertemuan dengan mahasiswa/orang lain kita bisa sedikit saja berbagi, baik ilmu atau pengalaman dan itu dapat berguna bagi mereka dan berkah, nikmat tuhan yang mana lagi yang kita dustakan....?
    Indah sekali kalau demikian ya Mas..
    Sukses selalu, salam buat rekan flp Jp, blum sempat ke milis....

    ReplyDelete
  14. Thanks Mba Dwitra, saya terbiasa memanggil Mba demikian, bolehkah..?
    Dah lama tak jumpa disini, semoga kabar baik selalu untuk Mba dan keluarga....
    Salam dari Padang...

    ReplyDelete
  15. Mba Irma...
    shimpai shite iru nanoni....,
    mohon masukan neh..., dari Ibu Guru yang lebih senior...
    Mba Irma bersyukur sekali ya, yang diajar anak-anak, kalau sudah remaja atau dewasa, kudu hati-hati melangkah ya Mba..., kowai janai desuka....?

    ReplyDelete
  16. Amin...
    Makasih Mba yang cantik dengan jilbab muslimahnya...
    Sukses selalu ya...

    ReplyDelete
  17. Hallo Fatma, salam hormat dan sayang..., thanks ya...

    ReplyDelete
  18. Mba Betty..
    Iya yah, emang dah lama nggak cerita2, walau banyak banget yang pengen diceritain...
    Pa kabar Mba? wrmnya juga? masih masuk emailku sih, cuman jarang buka yahoomailnya, udah 61 ribuan hiks...
    Smoga lancar semua kegiatan dan keluarga sehat selalu..
    Thanks Mba...

    ReplyDelete
  19. Dear Riri,
    Makasih banget Ri (maaf, sebaiknya manggil nama, adek apa kakak neh? henny belum sempat melihat profilnya Riri).
    Kata2 Riri sarat makna dan mencerahkan, sekaligus meredam kegundahan. Bukan apa-apa Ri, walau sudah beberapa kali baca sana-sini, diskusi sana sini, masih saja ada kebimbangan karena soal aurat wanita saja batas2nya masih ada perbedaan pendapat. Sementara yang kita inginkan tentu hanya yang terbaik bagi Allah...
    Luv
    and big hugs
    Henny

    ReplyDelete
  20. Hi Maya...gak tau deh nih, emangnya uni suka senyum gitu? nggak nyadar ..
    Kabar uni baik, Maya gimana kabar...?
    Salam tuk si kecil yang cantik dan lincah ya...

    ReplyDelete
  21. Mendongeng untuk anaknya berjalan baik May?...

    ReplyDelete