Sunday, September 19, 2010

"Kenapa sih, Jilbabnya Kok Panjang Sekali?"

Pada sebuah acara temu akbar alumni di fakultasku di Padang, seorang senior dua tahun diatasku yang telah sukses menjadi anggota dewan di Jakarta tersenyum menyapa. Komunikasi yang terjadi sangat singkat, tapi ajaib rasanya ketika beliau berkata:

“Wah, salamannya boleh bersentuhan tangan nggak nih?”, sambil berlalu mengangkat hp.

Aku terpana dengan cara beliau merespon sikapku yang merapatkan dua tangan di depan dada, berharap salaman ala Sunda yang elegan, cukup menunjukkan rasa hormatku.

“Hm..kenapa sih, jilbabnya kok panjang sekali?” disertai dengan senyum menyayangkan.

Aku semakin merasa takjub dengan komentarnya tersebut.  Pertama, kaum hawa disekitarku sekalipun belum pernah bertanya dengan cara demikian atas cara berpakaianku. Kedua, sebagai mantan aktifis organisasi yang kental keIsalamannya bahkan sekarang sudah menjadi wakil rakyat, tampaknya beliau terlalu sibuk, sehingga mungkin jadi jarang membaca buku, mendengar atau sekedar menonton majlis-majlis keagamaan yang bolak balik membahas bagaimana seni berpakaian yang diperintah Allah dan dijelaskan rasul bagi seorang muslimah. Batasan mana yang aurat dan tidak aurat menjadi patokan, mengenai model tentulah dapat disesuaikan, dianjurkan yang lapang dan tak membentuk lekuk badan. Hm…

"Semoga kesibukan beliau adalah demi memikirkan nasib rakyat..", bathinku.

22 comments:

  1. amiin... Kenapa ya mesti dipertanyakan sesuatu yg hrsnya dia sdh tau... :(

    ReplyDelete
  2. Apa kabar Mas Tian?
    iya Mas, laki-laki, kenapa memangnya? :)

    ReplyDelete
  3. Entahlah Wi, usil, atau hanya mencoba akrab, cuma canggung aja kali, jadi ngomongnya jadi ngakk jelas :)

    ReplyDelete
  4. Nah, harapan kitakan memang demikian, tapi mungkin saja emang beliau tidak terlalu memikirkan hal tersebut sebelumnya :) Jadinya, mestinya kita beri penjelasan ya, tapi mungkin belum ada waktu yang tepat. Lain kali kalau bertemu lagi, mungkin...:)
    tks yaa

    ReplyDelete
  5. alhamdulillah, baik mbak henny. :) *alah lamo indak basuo.* :D

    kalau dia laki-laki, sepertinya "terlalu", kurang etis. kalau saya, jangankan dengan yunior (teman sekolah), dengan teman seangkatan yang (dulu) akrab aja, nggak berani berkomentar "macem-macem" dalam soal begini. :D

    ReplyDelete
  6. Gitu ya Mas, hmm, saya tadinya jadi kepikiran aja, jadinya share disini (setelah sekian lama vakum...)
    Sayanya nggak apa apa sih, maksudnya tidak tersinggung sama sekali Mas (btw, Mas Tian hebat tho bahasa minangnya? he he)
    Cuma menyayangkan, mengingat saya menghormati beliau dan yaah mungkin saya aja yang berharap beliau adalah termasukk orang-orang yang mengerti, dimana darinya saya bisa banyak belajar... Jika ternyata berbeda dari harapan, saya jadikan pelajaran untuk diri aja....
    trims...udah care sama catatan yg ini yaa... :)

    ReplyDelete
  7. cuma bisa segitu-gitunya. hehehe. *seharusnya, lebih dari itu, karena ibu saya kan orang minang. :)
    kembali ke soal tadi. terlepas dari bakal atau tidaknya tersinggung sang teman dengan komentar saya, tapi saya pikir, tidak etis aja mengomentari hal-hal yang sebenarnya tak perlu dikomentari. apalagi sudah tau hukumnya. :D

    ReplyDelete
  8. Makasih banyak Mas Tian, dirimu baik sekali...
    kalau berkomentar begitu, diperkirakan beliau tak tahu... :), memang tak biasa, membuat senyum-senyum,,,

    BTW dipanggilnya Da Tian dong ya?, karena Minang kan penganut Matriakat, jadi dirimu bagi orang minang adalah orang minang, dan bagi keluarga Ayah, tentunya Mas Tian memiliki suku dari alur ayah ya...

    tarimo kasih yo.. :)

    ReplyDelete
  9. samo-samo, uni. hehehe.

    saya dipanggil "uda" dari sodara (level adik) pihak ibu, dan "akang" atau "aa" dari sodara pihak ayah. iya, diakui dua-duanya. hanya saja, karena lahir dan besar di bandung, jadi lebih mirip orang bandung (bicaranya). bahasa padang belajar sedikit-sedikit. :)

    ReplyDelete
  10. Oh, dari Sunda ya, kudu dipanggil Kang Tian mah nyak? (halah belepotan nggak bisa bahasa sunda hi hi..., akhiran nyak nya cendrung kasarkah? nggak tau kata yang halus na...)
    Nuhun pisan atuh Kang Tian, atas kasadayana.... :))

    ReplyDelete
  11. - kudu dipanggil Kang Tian mah nyak? (halus: janten kedah dipanggil kang tian?).
    - Nuhun pisan atuh Kang Tian, atas kasadayana >> nggak perlu pake "atas kasadayana". :)

    ReplyDelete
  12. assalamu alaikum uni Henny....udah lama sekali baru keliatan lagi postingannya (apa akunya juga yang jarang ngempi ya? hehe). Mungkin uni dah lupa sama aku, tapi yang pasti aku inget banget, soalnya uni Henny itu temen pertamaku di Multiply..hehe. (Jaman duluuuuuu.... waktu uni masih kuliah di Jepang).

    bener banget kayak kata kang Tian...senior uni itu sebetulnya nggak etis berkomentar / bertanya gitu. Mungkin maksud dia agak bercanda, tapi kok agak sarkastik ya.

    ReplyDelete
  13. Waalaikumsalam warahmatullah Mbak Estree, bagaimana kabarnya di Qatar?
    Bukannya Mbak yang lama nggak ngempi, saya juga emang jarang banget nulis disini lagi.Kangen juga yaah? Ternyata sekalinya nulis, teman-teman lama bermunculan, serasa dirumah sendiri. Saya pulang dari Jepang th 2005, berarti lima tahunan kita nggak berhubungan ya Mbak?
    Alhamdulillah, senangnya... terjalin lagi silaturahmi.

    ehm, mengenai senior saya itu, kenapa saya ingin berbagi ceritanya, karena saya agak bingung, atau sebenarnya mungkin kecewa dengan kondisi beliau saat ini. Sebagai salah seorang alumni yang jadi kebanggaan fakultas, saya tadinya ingin belajar banyak dari beliau. Mungkin nggak usah aja yach? he he, jadi ndak semangat :)

    Salam saya untuk keluarganya ya Mbak..., terimakih masih ingat teman MPnya yang dah lama nggak nongol ini.
    Peluk hangat,
    henny

    ReplyDelete
  14. Nuhun pisan Kang Tian...
    (kalo ini udah benar kali ya? ke ke)

    ReplyDelete
  15. bukannya jilbab itu esensinya adalah memanjangkan kain dari kepala ke dada, ya gimana bisa menutup dada kalau gak panjang ? :)
    lagian bapak2 yg "katanya" ngerti islam komennya kok begitu, sangat disayangkan ya mbak ...
    btw, itu syuting acara apa ya mbak ?

    ReplyDelete
  16. Dear Mbak Shanti, apa kabar? senang ketemu lagi...
    he he, iya kali ini pengalamannya agak unik, jadi sharing deh...
    Mbak Santi benar sekali, kalo nggak panjang ndak bisa menutupi dada ya Mbak..

    oh itu acara Nuansa Iman namanya Mbak, paket interaktif mingguan di TVRI Sumbar, salah satu sarana pembelajaran saya :). Sering dapat pencerahan dari kegiatan ini. Terakhir dalam acara serupa tapi untuk program rekaman buat televisi lokal yang kita beri nama Cahaya Hati, ustadnya yang sekretaris MUI Sumbar mengulas ulang lagi bahwa pakaian yang disarankan bagi wanita muslimah itu kalau bisa bisa langsung dipakai buat shalat...

    Iyog ya Mbak nama putranya? tentu sudah SD kelas berapa sekarang? dua ?... Salam sayang yaa..;)

    ReplyDelete
  17. Tu salaam hormat,dah amat lama ada,
    cukup mrebak di Jakarta.

    ReplyDelete
  18. Hmm... aku juga sering mengalami itu dari saudara sesama muslim walaupun jilbabku tak terlalu panjang
    tapi ketika aku tak mau bersalaman atau bersentuhan tangan, mereka berujar "Jangan terlalu berlebihan deh!"
    Sedih.. padahal orang lain yang tak se iman bisa memahami prinsip itu

    ReplyDelete