Sunday, October 14, 2012

Ikat Rambut Mama

Suatu malam di bulan Maret 2012, saat Jilannisa dan mama akan tidur setelah lelah berkegiatan seharian di kota Medan, :

“Ma, Nisa sayang sekali sama mama...”, ujar gadis kecil itu sambil memeluk erat mamanya.

“Kenapa tiba-tiba bilang begitu sayang? Mama juga sayang sekali sama gadisnya...”

“Nisa tiba-tiba ingat lagi kejadian pagi kemaren, waktu ikat rambut Nisa hilang, padahal sudah harus buru2 ke sekolah. Waktu itu mama membuka ikat rambut yang lagi mama pakai trus diikatkan ke rambut Nisa..”, ucap sikecil dengan mata berbinar

“Oo, itu…”, Mama tak terlalu merespon lalu menguap.

“Tapi Ma!, Waktu di kampung dan Nisa lihat kakak sepupu kehilangan ikat rambutnya juga, Ibunya malah teriak marah-marahin kakak sepupu…, kasihan….”

“Oh?”, kantuk mama mendadak hilang, lalu memeluk putrinya kuat sambil mencoba memberikan penjelasan sebisa mungkin.

Alhamdulillah kebaikan sikap mamalah yang sangat menjadi perhatian Jilannisa kali ini. Padahal, mama juga pernah terpancing oleh rasa marah dan mengekspresikannya. Tentu mama ingin menjadi orang tua yang lebih sabar lagi, apalagi percakapan malam itu terus membekas dipikiran mama.

Hari itu, satu lagi pelajaran sebagai orangtua yang dicatat mama , untuk sangat berhati-hati menjaga sikap dan bertindak pada anak. Mama jadi sadar betul bahwa sejak hadirnya, seorang anak akan membawa banyak kebahagiaan , namun pada saat yang sama juga membawa banyak tantangan dalam menghadapi setiap kebaruan proses tumbuhnya.

2 comments: