Wednesday, February 27, 2013

Beasiswa keluar negeri? sangat mungkin!






Berani melangkah dan mengambil peluang yang terbentang adalah salah satu hal penting dalam mendapatkan kesempatan untuk menuntut ilmu ke luar negeri. Kemampuan berbahasa asing itu perlu, tapi bukan selalu yang utama karena berbagai kompetensi lainnya tak kalah pentingnya, tergantung jenis program yang dipilih. Kepribadian yang pantas sangatlah utama, karena mau tidak mau,di negara tujuan belajar kita adalah representasi negara dan hampir selalu juga, agama (Foto; Suasana dialog dalam ProgramTvri Perempuan, edisi 31 Januari 2013 yang dipandu Febri, menghadirkan penerima AFS ke Amerika dari MAN Sumbar dan penerima beasiswa Monbusho Jepang)

Sunday, October 28, 2012

Meneladani kebaikan dan tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan tak selalu menjadi acuan keberhasilan seseorang dalam kehidupan bermasyarakat. Tapi keteladan dan motivasi yang diberikan hampir selalu mampu untuk membentuk kebaikan diri dan sekitar.

Ernawati (tengah), perempuan separuh baya yang berprofesi sebagai Lurah di Kelurahan Bungo Padang Kec. Koto Tangah ini bercerita dengan berkaca kaca bahwa beliau begitu mencintai dan meneladani ayah beliau yang seorang petani tradisional, namun tegas dan disiplin. Kini, walau memimpin masyarakat itu tidak mudah dan hampir 24 jam harus menyediakan diri untuk mengabdi, beliau adalah lurah perempuan yang sangat percaya diri dan tak gentar jika bertindak di jalan yang benar. Tantangan beliau belakangan ini adalah membuat keputusan yang tegas untuk pembagian bantuan gempa pada pihak yang paling membutuhkan karena jumlahnya yang terbatas dan banyak yang beharap.

Ibu Nurnis (kanan) yang tak sempat menamatkan pendidikan SDnya karena alasan harus mengorbankan pendidikan untuk merawat ayah yang sakit saat masih kelas 5 SD, terbukti bisa sukses dan diterima sebagai aktifis masyarakat dan pengurus inti majlis taklim di wilayahnya. Aneka kegiatan sosial dilakoninya meski sambil merawat suami yang terbaring sakit karena kanker. “Percayalah bahwa kita semua bisa berbuat bagi masyarakat dari posisi kita masing-masing!”, ujarnya mantap. Niat tulus untuk kebaikan masyarakat yang Bu Nurnis teladani dari ayah beliau yang merupakan seorang guru mengaji, gaya bicara yang jelas dan sistematis serta  sikap beliau yang penuh percaya diri membuat saya angkat topi ;)

(Catatan dari Program “Perempuan” TVRI Sumbar 18 Oktober 2012)

Sunday, October 14, 2012

Ikat Rambut Mama

Suatu malam di bulan Maret 2012, saat Jilannisa dan mama akan tidur setelah lelah berkegiatan seharian di kota Medan, :

“Ma, Nisa sayang sekali sama mama...”, ujar gadis kecil itu sambil memeluk erat mamanya.

“Kenapa tiba-tiba bilang begitu sayang? Mama juga sayang sekali sama gadisnya...”

“Nisa tiba-tiba ingat lagi kejadian pagi kemaren, waktu ikat rambut Nisa hilang, padahal sudah harus buru2 ke sekolah. Waktu itu mama membuka ikat rambut yang lagi mama pakai trus diikatkan ke rambut Nisa..”, ucap sikecil dengan mata berbinar

“Oo, itu…”, Mama tak terlalu merespon lalu menguap.

“Tapi Ma!, Waktu di kampung dan Nisa lihat kakak sepupu kehilangan ikat rambutnya juga, Ibunya malah teriak marah-marahin kakak sepupu…, kasihan….”

“Oh?”, kantuk mama mendadak hilang, lalu memeluk putrinya kuat sambil mencoba memberikan penjelasan sebisa mungkin.

Alhamdulillah kebaikan sikap mamalah yang sangat menjadi perhatian Jilannisa kali ini. Padahal, mama juga pernah terpancing oleh rasa marah dan mengekspresikannya. Tentu mama ingin menjadi orang tua yang lebih sabar lagi, apalagi percakapan malam itu terus membekas dipikiran mama.

Hari itu, satu lagi pelajaran sebagai orangtua yang dicatat mama , untuk sangat berhati-hati menjaga sikap dan bertindak pada anak. Mama jadi sadar betul bahwa sejak hadirnya, seorang anak akan membawa banyak kebahagiaan , namun pada saat yang sama juga membawa banyak tantangan dalam menghadapi setiap kebaruan proses tumbuhnya.

Saturday, October 13, 2012

Kemana..., kemana, kemana?

Suatu sore saat perjalanan pulang dari sekolah Jilannisa dan mama sedang  mengemudi:

“Ma.........., sudah ndak sabar nih nunggu tanggal Ultah Nisa, biar bisa dapat hadiah jam tangan HP itu hlo......” Jilannisa merayu.

“ Oo, yang diiklan kemaren  itu ya? Jangan gampang dipengaruhi Nak…”, mama segera menambahkan sederet petuah bla bla bla... terkait iklan dan HP berbentuk jam tangan yang diimpikan anaknya itu

 “Tapi lagi bingung nih Ma..!”, Jilannisa memotong.

“Memang kenapa sayang?”

“Nanti kalau jam-HP itu rusak kita harus memperbaikinya ke toko jam atau ke toko HP ya Ma?”

Mama terdiam sejenak, lalu  tertawa keras-keras. Ah, sungguh menarik jalan pikirannya anak-anak.., ujarnya dalam hati :) 

Friday, December 16, 2011

“Sekali Klik!”

Minggu sore di salah satu laboratorium Earth and Enviromental Science sebuah Univeritas di wilayah Selatan Jepang,  seorang Profesor senior dan mahasiswa S3 asal Mongolia tengah kebingungan dalam mengeprint sebuah file data. Ketika  Tiara (bukan nama sebenarnya) seorangVisiting Researcher” asal  Indonesia memasuki ruangan, iapun langsung ditanyai.

“Apakah Tiara San tahu caranya memberi nomor  halaman untuk file ini?”, tanya mahasiswa asal Mongolia  dengan wajah panik karena memang ia tidak bisa berbahasa Jepang, tapi mau tidak mau ia harus memakai komputer lab yang hanya berbahasa Jepang dengan huruf kanji bertebaran. Komputernyapun  dilengkapi software versi terbaru, sedikit bervariasi dari versi lama.

“Hm…, memberi nomor halaman ya?, begini…” jawap Tiara sambil menerangkan bagaimana caranya, menurut yang pernah ia lakukan sebelumnya.

Dalam hati ia bertanya-tanya: kenapa Professor Jepang juga tidak tahu ya..? Hm..mungkin beliau lebih familiar dengan komputer pribadinya saja....

Tidak aneh juga sih, pikirnya. Beberapa  yang hari lalu seorang mahasiswa undergraduate yang ia tanyai juga menjawab tidak tahu tentang cara memakai scanner di laboratorium ini. Tapi setelah ia coba sendiri, caranya standar saja kok, iapun sukses men-scan dan mengeprint hasilnya.  Melihat itu ia menyadari bahwa memang tidak semua orang suka mencoba, atau mau mengambil resiko tanpa pengetahuan yang memadai. Apalagi orang  Jepang  yang terbiasa jujur, kalau tidak tahu, mereka akan mengatakan apa adanya.

“Begitu saja ya? Nanti kalau di print keluar nomornya ya?” Profesor penasaran sambil melihat print preview.

“Betul Sensei, tuh nomornya sudah ada sekarang..."

“Waah, benar! You are a very smart lady!!” Profesor berteriak senang, apalagi ketika hasil print-annya sesuai dengan harapan, bertengger nomor halaman di sudud kirinya.

“Pengalaman saja kok Sensei, saya kan juga tidak bisa membaca semua huruf kanji itu, beberapa  saja yang saya tahu…” Tiara agak tersipu karena  dipuji secara berlebihan untuk hal sederhana seperti itu.

“Ya, pengalaman adalah hal yang sangat berharga dalam pekerjaan!” ujar Professor riang.

Sambil bersepeda menuju Kantor Pertemuan Warga di pusat kota, Tiara pun berfikir untuk mengambil pelajaran dari kejadian kecil hari itu. Orang Indonesia, atau warga manapun di dunia ini, kalau punya keahlian dan percaya diri, InsyaAllah akan mampu bersaing dipercaturan dunia .

Paling tidak hari  ini, Indonesia telah terbukti  unggul atas Jepang dan Mongolia hanya dengan satu “klik”an saja!, Duhay…., Lebaaynya… “ pikir Tiara sambil tersenyum dan berbegas mengayuh dalam dingin. 

Hari ini ia akan belajar memasak masakan Jepang bersama beberapa warga asing lainnya. Walau bekerja sebagai peneliti dan pengajar di perguruan tinggi, ia adalah seorang Ibu. Mengetahui  cara pembuatan dan komposisi beberapa makanan tradisonal Jepang adalah targetnya kali ini :)

Kagoshima, 16 Desember 2011

Henny Herwina