Sunday, October 28, 2012

Meneladani kebaikan dan tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan tak selalu menjadi acuan keberhasilan seseorang dalam kehidupan bermasyarakat. Tapi keteladan dan motivasi yang diberikan hampir selalu mampu untuk membentuk kebaikan diri dan sekitar.

Ernawati (tengah), perempuan separuh baya yang berprofesi sebagai Lurah di Kelurahan Bungo Padang Kec. Koto Tangah ini bercerita dengan berkaca kaca bahwa beliau begitu mencintai dan meneladani ayah beliau yang seorang petani tradisional, namun tegas dan disiplin. Kini, walau memimpin masyarakat itu tidak mudah dan hampir 24 jam harus menyediakan diri untuk mengabdi, beliau adalah lurah perempuan yang sangat percaya diri dan tak gentar jika bertindak di jalan yang benar. Tantangan beliau belakangan ini adalah membuat keputusan yang tegas untuk pembagian bantuan gempa pada pihak yang paling membutuhkan karena jumlahnya yang terbatas dan banyak yang beharap.

Ibu Nurnis (kanan) yang tak sempat menamatkan pendidikan SDnya karena alasan harus mengorbankan pendidikan untuk merawat ayah yang sakit saat masih kelas 5 SD, terbukti bisa sukses dan diterima sebagai aktifis masyarakat dan pengurus inti majlis taklim di wilayahnya. Aneka kegiatan sosial dilakoninya meski sambil merawat suami yang terbaring sakit karena kanker. “Percayalah bahwa kita semua bisa berbuat bagi masyarakat dari posisi kita masing-masing!”, ujarnya mantap. Niat tulus untuk kebaikan masyarakat yang Bu Nurnis teladani dari ayah beliau yang merupakan seorang guru mengaji, gaya bicara yang jelas dan sistematis serta  sikap beliau yang penuh percaya diri membuat saya angkat topi ;)

(Catatan dari Program “Perempuan” TVRI Sumbar 18 Oktober 2012)

Sunday, October 14, 2012

Ikat Rambut Mama

Suatu malam di bulan Maret 2012, saat Jilannisa dan mama akan tidur setelah lelah berkegiatan seharian di kota Medan, :

“Ma, Nisa sayang sekali sama mama...”, ujar gadis kecil itu sambil memeluk erat mamanya.

“Kenapa tiba-tiba bilang begitu sayang? Mama juga sayang sekali sama gadisnya...”

“Nisa tiba-tiba ingat lagi kejadian pagi kemaren, waktu ikat rambut Nisa hilang, padahal sudah harus buru2 ke sekolah. Waktu itu mama membuka ikat rambut yang lagi mama pakai trus diikatkan ke rambut Nisa..”, ucap sikecil dengan mata berbinar

“Oo, itu…”, Mama tak terlalu merespon lalu menguap.

“Tapi Ma!, Waktu di kampung dan Nisa lihat kakak sepupu kehilangan ikat rambutnya juga, Ibunya malah teriak marah-marahin kakak sepupu…, kasihan….”

“Oh?”, kantuk mama mendadak hilang, lalu memeluk putrinya kuat sambil mencoba memberikan penjelasan sebisa mungkin.

Alhamdulillah kebaikan sikap mamalah yang sangat menjadi perhatian Jilannisa kali ini. Padahal, mama juga pernah terpancing oleh rasa marah dan mengekspresikannya. Tentu mama ingin menjadi orang tua yang lebih sabar lagi, apalagi percakapan malam itu terus membekas dipikiran mama.

Hari itu, satu lagi pelajaran sebagai orangtua yang dicatat mama , untuk sangat berhati-hati menjaga sikap dan bertindak pada anak. Mama jadi sadar betul bahwa sejak hadirnya, seorang anak akan membawa banyak kebahagiaan , namun pada saat yang sama juga membawa banyak tantangan dalam menghadapi setiap kebaruan proses tumbuhnya.

Saturday, October 13, 2012

Kemana..., kemana, kemana?

Suatu sore saat perjalanan pulang dari sekolah Jilannisa dan mama sedang  mengemudi:

“Ma.........., sudah ndak sabar nih nunggu tanggal Ultah Nisa, biar bisa dapat hadiah jam tangan HP itu hlo......” Jilannisa merayu.

“ Oo, yang diiklan kemaren  itu ya? Jangan gampang dipengaruhi Nak…”, mama segera menambahkan sederet petuah bla bla bla... terkait iklan dan HP berbentuk jam tangan yang diimpikan anaknya itu

 “Tapi lagi bingung nih Ma..!”, Jilannisa memotong.

“Memang kenapa sayang?”

“Nanti kalau jam-HP itu rusak kita harus memperbaikinya ke toko jam atau ke toko HP ya Ma?”

Mama terdiam sejenak, lalu  tertawa keras-keras. Ah, sungguh menarik jalan pikirannya anak-anak.., ujarnya dalam hati :) 

Friday, December 16, 2011

“Sekali Klik!”

Minggu sore di salah satu laboratorium Earth and Enviromental Science sebuah Univeritas di wilayah Selatan Jepang,  seorang Profesor senior dan mahasiswa S3 asal Mongolia tengah kebingungan dalam mengeprint sebuah file data. Ketika  Tiara (bukan nama sebenarnya) seorangVisiting Researcher” asal  Indonesia memasuki ruangan, iapun langsung ditanyai.

“Apakah Tiara San tahu caranya memberi nomor  halaman untuk file ini?”, tanya mahasiswa asal Mongolia  dengan wajah panik karena memang ia tidak bisa berbahasa Jepang, tapi mau tidak mau ia harus memakai komputer lab yang hanya berbahasa Jepang dengan huruf kanji bertebaran. Komputernyapun  dilengkapi software versi terbaru, sedikit bervariasi dari versi lama.

“Hm…, memberi nomor halaman ya?, begini…” jawap Tiara sambil menerangkan bagaimana caranya, menurut yang pernah ia lakukan sebelumnya.

Dalam hati ia bertanya-tanya: kenapa Professor Jepang juga tidak tahu ya..? Hm..mungkin beliau lebih familiar dengan komputer pribadinya saja....

Tidak aneh juga sih, pikirnya. Beberapa  yang hari lalu seorang mahasiswa undergraduate yang ia tanyai juga menjawab tidak tahu tentang cara memakai scanner di laboratorium ini. Tapi setelah ia coba sendiri, caranya standar saja kok, iapun sukses men-scan dan mengeprint hasilnya.  Melihat itu ia menyadari bahwa memang tidak semua orang suka mencoba, atau mau mengambil resiko tanpa pengetahuan yang memadai. Apalagi orang  Jepang  yang terbiasa jujur, kalau tidak tahu, mereka akan mengatakan apa adanya.

“Begitu saja ya? Nanti kalau di print keluar nomornya ya?” Profesor penasaran sambil melihat print preview.

“Betul Sensei, tuh nomornya sudah ada sekarang..."

“Waah, benar! You are a very smart lady!!” Profesor berteriak senang, apalagi ketika hasil print-annya sesuai dengan harapan, bertengger nomor halaman di sudud kirinya.

“Pengalaman saja kok Sensei, saya kan juga tidak bisa membaca semua huruf kanji itu, beberapa  saja yang saya tahu…” Tiara agak tersipu karena  dipuji secara berlebihan untuk hal sederhana seperti itu.

“Ya, pengalaman adalah hal yang sangat berharga dalam pekerjaan!” ujar Professor riang.

Sambil bersepeda menuju Kantor Pertemuan Warga di pusat kota, Tiara pun berfikir untuk mengambil pelajaran dari kejadian kecil hari itu. Orang Indonesia, atau warga manapun di dunia ini, kalau punya keahlian dan percaya diri, InsyaAllah akan mampu bersaing dipercaturan dunia .

Paling tidak hari  ini, Indonesia telah terbukti  unggul atas Jepang dan Mongolia hanya dengan satu “klik”an saja!, Duhay…., Lebaaynya… “ pikir Tiara sambil tersenyum dan berbegas mengayuh dalam dingin. 

Hari ini ia akan belajar memasak masakan Jepang bersama beberapa warga asing lainnya. Walau bekerja sebagai peneliti dan pengajar di perguruan tinggi, ia adalah seorang Ibu. Mengetahui  cara pembuatan dan komposisi beberapa makanan tradisonal Jepang adalah targetnya kali ini :)

Kagoshima, 16 Desember 2011

Henny Herwina


Wednesday, November 30, 2011

Ai Leviu

  Akhir April 2001, Malaysian Air. Mama dan  papa dalam perjalanan dari Indonesia untuk kembali tinggal dan sekolah ke Jepang ketika itu, setelah dua bulan di tanah air untuk penelitian. Duduk bertiga dengan penumpang lain,  tanpa ditanya papa menjelaskan pada Bapak yang duduk disebelahnya  bahwa mama tengah hamil dua bulan. Ada calon bayi di dalam perut mama, dirimu anakku.  Mama tersenyum dan membiarkan papa begitu, karena mama tahu papa begitu bangga dan bahagia dengan hadirmu.

 April-November 2001, Kanazawa Shi, Wakamatsu Machi, kopo Wakamatsu 1-3-10. Hari-hari indah kami lewati menunggu hadirmu Cinta. Pertama melihat wujud mungilmu berputar putar di rahim mama melalui bantuan Sensei di rumah sakit Nasional Kanazawa, pertama merasakan gerakanmu yang  yang hebat di perut mama, apalagi kalau ada suara musik atau suara papa.  Hari-hari pemeriksaan rutin setiap bulan dan minggu selalu mama tunggu, karena ketika itu selalu akan diketahui pertambahan panjang tubuh dan perkiraan berat badanmu, posisi tidur dan bermainmu di dalam perut mama yang membola.  Berolahraga pagi sambil menunggu papa pulang arbaito di taman dekat apato kita. Selalu mengobrol denganmu, bermain dengan tepuk tangan mama diperut dan kau selalu membalas dengan tendangan yang kuat ke tiap posisi tepukan mama.  Subhanallah sayang, dirimu bahkan bisa mengikuti  gerakan melingkar tepukan mama dengan tendangan berpola melingkar pula!  Bagaimana mama tidak bersyukur? Setiap detik hadirmu penuh dengan getaran takjub pada kuasa Sang Pencipta. Panggilan Baby untukmu langsung berubah menjadi Jilannisa, ketika Sensei memprediksikan bahwa dirimu adalah seorang putri yang cantik. Tahukah engkau sayang, dibulan-bulan terakhir mama dan papa begitu rindu untuk bertemu muka denganmu walaupun sudah berbulan-bulan kita bicara dan bermain  bersama siang dan malam.

30 November 2001. Pagi itu mama dan papa kerumah sakit, karena menurut jadwal, mama segera bisa melihat wajahmu gadis sayang, Jilan akan mampu menghirup udara dan minum sendiri setelah keluar dari rahim mama.  Berjam-jam berusaha melahirkan normal, menanti, berusaha lagi dan  melalui proses pemeriksaan berkali-kali, Alhamdulillah  akhirnya mama benar-benar bisa melihat tubuh mungilmu  yang merengek lembut  sesaat sebelum diperiksa oleh Dokter dan perawat ruang operasi. Dirimu cantik sekali sayang, dengan rambut tebal dan mulut mungil yang lucu. Jilannisa Hanifa lahir pukul 10 malam, tepat disaat salju pertama dimusim dingin tahun itu mulai mengguyur Kanazawa, kota kelahiranmu…

“Allahuakbar Allahu Akbar!.....”, suara papa  mengumandangkan nama Allah ke telingamu.  Bergetar tubuh kami dalam syukur dan haru, terhampar doa dan harapan agar dirimu kelak menjadi hamba yang berharap ridhoNya senantiasa. 

 

Tentunya lagu kita masih kau ingat bukan Nak? Bahkan sampai hari ini, mama masih ingin menyenandungkannya untukmu. Lagu khusus buatmu sejak  dalam kandungan dulu:

Jilannisa Hanifa

Gadis cantik mama

Jadilah Nisa, anak yang sholehah

Berbakti  pada orangtua…

Dan dirimu benar-benar menjadi  amanah Allah terbaik yang membuat mama dan papa tak putusnya belajar dan bersyukur. Setiap hari, setiap detiknya, tumbuh kembang dan perilakumu adalah  visualisasi kuasa dan anugrah Ilahi sekaligus. Kami mencintaimu dengan takjub. Jatuh bangun, belajar, bingung, lelah, bahagia yang muaranya selalu rasa syukur.

Tidur ternyenyakmu adalah diatas dada mama atau papa, senyum pertama, tidur membalik petama, merangkak, berdiri, bicaramu,menangismu, menebarkan bunga-bunga ke seantero jagat raya yang mampu kami lihat dan rasa.


“Hanifa jiranisa chan..!” sensei Sumiregumi mengabsen pagi itu.

“HAAAIIIK!” , teriakmu lantang sambil mengangkat tangan dari kursi makanmu. Usiamu 8 bulan ketika itu. Mama terharu. Sudah bisa tertib diabsen untuk gadis sekecil dirimu ? Sungguh mama bangga padamu

Undokai

Hapyokai

Ensoku…

Tomodachi: Mayu chan, Saho chan, Mayuko Chan, Ayana Chan…

Sumire, Tanpopo, Hyoko dan Sakura gumi, empat kelas sampai 4 tahun usiamu di Kanazawa


Oktober 2005-Sept 2010, Padang

TK Plus, SDIT Kelas I, II, III dan kelas IV kini.

Ma, Nisa jadi bendahara kelas!

Ma, tidak dapat rangking…, ow, ndak apa? Yang penting belajar?

Ma, tadi  Nisa telat ekskul sama Alifah...

Ma, mau dipesankan catering di Rumah Ice cream saja

Ma, besok berenang

Ma, beliin CD ya…

Ma, hapalan Nisa lolos test!

Ma, mau main di rumah Fauzan ya..

Ma, papa nggak mau nganterin….hiks....

Ma, Nisa mau jadi dokter hewan!  Pengen ke salon hewan….

Ma, pengen punya anjing…

 

Suatu hari diatas mobil 

“Ma, apa celana dan baju Nisa seperti  wanita yang berpakaian tapi telanjang?”

“Mmm...Nisa tahu kata-kata itu dari mana?”, mama malah balik bertanya karena heran.

“Kan kemaren mama sama Ustad saat shooting acara Cahaya Hati ngomongin berpakaian tapi telanjang kan?

“Iya benar, Nisa ngerti maksudnya?”

“Tahu dong, wanita kalau pakaiannya sempit disebut berpakaian tapi telanjang,  karena memperlihatkan bentuk tubuhnya, itu tidak boleh… haram ya Ma?”

(Alhamdulillah, rupanya Nisa merekam semuanya walaupun sepanjang shooting acara kemaren dirimu sibuk berlarian dan melompat kesana kemarin. Mama jadi tau kalau harus lebih memperhatikan apa yg kau dengar, lihat dan rasa dari sekitar, karena anak-anak seusiamu tampaknya mulai mampu menganalisa banyak hal, yang belum mama sadari sebelumnya)


Ma, ustazah minta buku La tahzan for Student…

Ma, Ustazah Sil mau bantuin menjual buku Bunda Sakura!

Ma, mamanya Najwa mau datang untuk lihat baju-baju  dan mau pesan, boleh?

Ma, boleh mama ke Jepang, tapi beliin robot dan senbei, dan pas kembalinya Nisa jemput dan kita jalan-jalan dulu di Jakarta… OK! Siap menunggu bersama papa dan nenek.. :)

 

29 November 2011, Kagoshima ken

“Ma, terimakasih kue ulang tahunnya, Ai leviu….”

Sms darimu membangunkan mama yang jatuh tertidur saat mencoba menelepon lewat skype tapi terputus, pulsapun sedang habis. Komputer papa sedang direinstal pula. Alhamdulillah, tante Vevi  yang baik ternyata kembali bersedia menolong mama membelikan kue untuk  ultahmu yang ke 10.

"ma.nisa ol pakai HP,terimakasih kue ultahnya mama sayang", tulismu pula di fb mama.  Ternyata dirimu mencoba pake fb di hp untuk menghubungi mama karena internet sdg tidak bisa.Ini baru pertama kali kaucoba. Bagus sayang, pantang menyerah.

Ah, mama kangen pada gadis kecil mama… Walau tiap hari kita ngobrol d internet dan bercanda, hari ini tentu beda.

Suara ceriamu di telepon tadi malam menghapus rasa cemas mama krn tidak bisa ada untukmu di Padang saat ini. Rencananya mau makan di luar bersama papa, nenek dan serorang teman? Itu bagus. Pergilah Nak. Robot anjingnya sudah mama siapkan, Robotactor juga sudah tersedia sebagai bonus. Besok kita akan memainkannya ya sayang, pake skype, tunjuk tombol romote yang ingin  Nisa tekan, lalu kita mainkan ;)

Semoga besok komputer papa sudah pulih (Papa ganbatte....). Sendainyapun tidak, kita akan berdoa bersama, tetaplah ceria agar mamapun begitu. Bersyukurlah atas pertambahan usia dan segala cinta yang menyelimuti kita. Selamat Ulang Tahun Cinta… Mama bangga dan bersyukur untukmu. Semoga Allah senantiasa mengampuni salah dan menguatkan kita menyusuri jalanNya.

I shiteru… sayang, otanjoubi omedetone...

Ai leviu juga…

Mama-Papa (Memelukmu dengan segenap rasa, selalu)

 

Dinihari 30 November 2011

At Kagoshima yang sepanas musim semi di musim gugur