Saturday, May 23, 2009

Dijadikan tokoh fiksinya Fauzul Izmi (1)

Melalui email, Fauzul mengirimkan karyanya yang lolos seleksi saat diperuntukkan dalam antologi bertemakan ahkwat padaku. Dijelaskan bahwa karya ini fiksi dan jika ada kesamaan nama dan tempat memang disengaja he he.

 

Aku terheran-heran dengan kemampuannya mengumpulkan data, me-review kebelakang. Hal yang dilebih-lebihkan olehnya, membuatku tersenyum-senyum sendiri..

 

Terlepas dari semua itu, tulisannya memaksaku untuk lebih berinstrospeksi. Semoga Fauzul dan adik-adik FLP Sumbar terus berkibar menebar karya bermakna. Amin...

 

 

 

DOSEN MULTITALENTA (I)

                                                                                    Oleh: Fauzul Izmi

 

Panas mentari tak lagi mencucuk hingga ubun-ubun. Awan gelap menggumpal di langit. Biasanya seusai kuliah aku menyempatkan diri untuk selalu hadir dalam setiap diskusi FLP unit yang diadakan setiap hari rabu pukul 16.00 di kampus Unand, Limau Manis Padang. Kadang peserta yang hadir membludak. Kadang yang hadir tidak sampai lima orang.

 

Begitulah memang, selalu ada ujian yang datang terhadap organisasi kepenulisan ini. Meskipun begitu aku tidak ingin mengecewakan anggota FLP yang sudah bersusah payah pergi ke kampus untuk mengikuti diskusi rutin. Aku harus selalu datang karena sudah ditunjuk sebagai ketua unit kampus. Kalau aku tidak datang maka bisa dipastikan diskusi tidak akan jalan jika ikhwannya 1 orang dan akhwatnya 1 orang.

 

Segala upaya telah dilakukan untuk memberitahukan kepada mahasiswa agar mengikuti diskusi tersebut. Termasuk melalui sms, pamflet, dari mulut ke mulut, dan sebagainya. Sayang, hanya beberapa orang saja yang tetap konsisten. Yang lainnya jarang  datang dan ada pula yang mundur tanpa berita seolah-olah diskusi adalah suatu hal yang paling menakutkan bagi mahasiswa. Begitulah kebiasaan kami di kampus. Ketika yang lain pulang kuliah kami tetap mengisi waktu sampai sore dengan mendiskusikan karya-karya yang ada. Berharap dari tangan-tangan kami akan lahir karya-karya yang mencerahkan ummat.

*  *  *

            HP bututku menjerit beberapa kali. Lantunan ringtone Hai Mujahid Mudanya Izzis membangunkan tidur siangku. Sms Azwar masuk. Segera kubuka.

            “Assw. Akhi, ada dosen UNAND Padang yang dulunya bergabung dengan FLP Jepang. Namanya buk Henny. Silahkan dihubungi. Mudah-mudahan beliau mau jadi pembina kita. Salam".

            Beberapa saat kemudian kuterima nomor orang yang dimaksudkan. Segera kusimpan dalam memory card.

            “Assalamu’alaikum. Ini dengan Ibuk Henny?" tanyaku setengah gugup

            “Wa’alaikumsalam”

            “Ya saya sendiri. Ini siapa?” balasnya kemudian

             “Kami dari FLP Sumbar. Dapat nomor Ibuk dari Azwar. Beliau mengusulkan agar Ibuk menjadi pembina FLP Sumbar. Katanya Ibuk dulu tergabung dengan FLP Jepang. Bersediakah Ibuk jadi pembina kami?”

            Entah shock atau apa, terdengar suara helaan nafas dari seberang sana.

            “Salam kenal untuk rekan-rekan FLP Sumbar ya. Saya baru disini dan tidak pantas menjadi pembina. He-he. Banyak yang lebih dalam ilmunya dari saya yang hanya lulusan Eksakta dan tidak mendalami bidang sastra. Yang lain saja. Nanti saya akan silaturrahim dengan rekan-rekan FLP Sumbar”, ujarnya ramah.

            Sejak saat itu aku selalu mengajak beliau untuk mengikuti diskusi rutin FLP baik di unit kampus maupun di wilayah yang biasanya diadakan sekali dua minggu di taman budaya Sumatera Barat

            Gayungpun bersambut. Beliaupun berjanji akan datang dalam diskusi sekalian ingin berkenalan dengan keluarga besar FLP Sumbar. Dalam ta’aruf singkat bertempat di sebuah mushola di Taman Budaya Sumatera Barat aku mulai mengenal sosok itu. Henny Herwina Hanif. Itu nama lengkapnya. Lahir di kota Payakumbuh 35 tahun yang lalu. Kuliah di jurusan biologi Unand Padang tahun 1991. Kemudian melanjutkan S2 di ITB  dan S3 di sebuah Universitas Kanazawa Jepang. Aku pikir gelar beliau baru S1 atau S2. Sudah doktor ternyata. Dan hebatnya ketika lulus dari ITB IPKnya 3,83. Subhanallah!Puluhan peserta diskusi yang hadir waktu itu terkagum-kagum. Di akhir acara tersebut beliau menyerahkan buku berjudul Getar Asa Negri Sakura persembahan FLP Jepang.

            Aku belajar banyak dari beliau yang biasa kupanggil buk Henny. Aku belajar tentang kerja keras, keuletan, kesabaran, keikhlasan, pantang menyerah dan lain sebagainya yang terlihat dari sikapnya. Menurutku ini tidak berlebih-lebihan karena aku sudah melihat dengan mata kepala sendiri. Ia adalah salah seorang akhwat yang mengabdikan hidupnya untuk orang banyak. Gigih berjuang dan terus menggali potensi yang dimiliki. Selain itu ia juga supel, dekat dengan siapapun apalagi dengan anak didiknya para mahasiswa.

            Aku juga belajar kesederhanaan dari seorang doktor yang sudah merasa puas dengan handphone bermerek Nokia 3315 itu. Takjub!Ya, aku sangat takjub padanya. Disamping seorang dosen dan Ibu rumah tangga, ia juga seorang penulis, asisten Pembantu Rektor Unand, penyiar, presenter, MC, pemain film( pernah berakting dengan Gusti Randa). Semuanya dilakoni. Itu baru profesi yang ku ketahui. Mungkin ada lagi profesi yang lainnya.

            Dengan kesibukan seperti itu beliau masih sempat untuk menulis dan menghasilkan goresan kata penuh hikmah dari setiap ujung jarinya. Beliau masih sempat menghasilkan tulisan untuk antologi kisah FLP Jepang berjudul Getar Asa Negri Sakura yang sangat mengharukan itu. Catatan cinta suami istri menyusul kemudian. Aku saja yang mengaku-ngaku sudah menulis di surat kabar harian daerah dan nasional sudah berbangga diri dengan prestasi kecil itu. Padahal masih banyak waktu yang kumiliki untuk mengasah kemampuan dan potensi diri yang ada untuk lebih baik lagi. 

                                             (bersambung)

           

10 comments:

  1. Yee..., Uni Dina apa kabar?
    Nggak lagi...., ini kan karya fiksinya Fauzul kok Uni, cuma tetap perlu juga lebih hati-hati melangkah, ada yang memperhatikan ternyata he he

    Saya pengagum uni Dina...
    Gimana sekolah Qur'an yang sempat saya baca dibuku itu Uni..? semoga berkembang dengan lancar ...

    ReplyDelete
  2. sip, ibu dosen satu ini emang keren kok!

    ReplyDelete
  3. Ummi bisa aja..., tentu saja Fauzul telah sangat melebih-lebihkan sehingga saya jadi tertantang sendiri agar jadi serba bisa seperti tokoh yang digambarkannya he he

    Terimakasih ya Ummi, sudah di add di ym. Kapan-kapan pengen diskusi serius mengenai hijab ...
    Dari lama..banget diragukan oleh batasan yan boleh tempak dari tubuh wanita. Mengartikan "kecuali ini dan ini" itu hlo Ummi. Onegai... :)

    ReplyDelete
  4. Mbak Is, boleh saya panggil begitu? Makasih ya telah berkunjung. Saya senang membaca kisahnya sebagai pengajar dan kemampuan Mbak untuk mengambil hikmah dari setiap langkah keseharian. Salut...

    ReplyDelete
  5. Uni Henny memang bikin kagum :X
    Salam cinta Mba (hehehhe biasa manggil Mba di FLP-J).

    ReplyDelete
  6. Salam cinta kembali Mbak Ju... (nyontek cara teman-teman memanggil Mbak dengan akrab)

    Saya kagum justru pada adik-adik flp yang ditengah kesibukan kuliah dan tempat yang berjauhan, berupaya untuk bertemu, sharing, mengupas karya satu-persatu. Subhanallah...

    Mbak Ju juga bikin kagum... :)) dengan upayanya membuat video yang bertujuan mengembangkan sifat mandiri bagi anak sejak dini. Ganbatte ya Mbak..saya doain lancar. Kalo sudah publish saya mau...buat ponakan yang nambah terus he he

    ReplyDelete
  7. Kerennn...kerennn...
    Satu lagi, giat menuntut ilmu agama itu yang saya kagumi juga dari mbak henny.Luv, mbak.

    ReplyDelete
  8. Tuh, kan bisa terpengaruh oleh Fauzul ? he he

    Hallo Mbak Aan...
    Banyak nggak taunya sy mbak..., jadinya banyak nanya juga sana sini he he
    Luv....... deh pokoknya.... Hla yang awal-awal mbolehin saya tuh nulis Mbak Aan kan? Doumo arigatou..
    Alhamdulillah ya Mbak, GANS terbit dan mendapat sambutan yang sangat baik dari pembaca

    Yang ngasih tau antologi pasutri juga Mbak, wah...
    Sugoi banget sebenarnya Mbak Aan ini.... :)) mmmuach.... (gemes)

    ReplyDelete