Sejak mulai bisa melihat, Jilan telah mengenal mamanya sebagai wanita berjilbab. Kalau keluar rumah, ia melihat mamanya pasti memakai jilbab. Di dalam rumah, jilbab biasanya akan dibuka, tapi kalau ada tamu laki-laki atau walau hanya ada anggota keluarga yang kata mama “bukan muhrim” seperti para om (suami Ibu Nina dan Ik adik-adik mama) di sekitar kami, maka mamapun pasti tak akan melepas jilbabnya.
Dengan berjalannya waktu Jilan semakin memahami makna berjilbabnya seorang muslimah. Sejak lama, ia akan segera menghambur mengambilkan jilbab mama untuk segera dipakai jika tiba-tiba ada tamu yang harus ditemui. Ia juga terbiasa menjadi orang pertama yang membukakan pintu, melihat tamunya laki-laki atau perempuan, dan meminta menunggu sebentar karena mama harus berkerudung dulu.
Mama punya jilbab untuk bekerja dan bepergian, juga untuk dipakai di rumah. Jilan boleh mencoba semua dan mematut-matut diri dengan jilbab mama. Mama selalu memakai jilbab-jilbabnya dengan baju yang sesuai, dan Jilannisa juga suka sekali melihatnya. Beberapa dari baju dan jilbab mama sangat disukainya, sehingga mama dengan senang hati akan memesankan baju senada khusus buatnya. Menyenangkan sekali punya beberapa baju muslim yang kembar dengan mama.
Akhir-akhir ini, kalau mama akan membelikan jilbab santai baginya, Jilan maunya juga dibelikan yang agak panjang. Alasannya, biar jilbabnya seperti mama. Sepertinya ucapan-ucapan dan pelurusan-pelurusan dari ustazahnya sejak di TK yang selalu mengingatkan jika jilbabnya terlalu pendek, lengan bajunya yang sudah kependekan, atau malunya jika aurat anak perempuan terlihat oleh anak laki-laki, cukup mempengaruhinya. Mama tentu saja bersyukur, karena walaupun keinginan memakai jilbab di luar jam sekolahnya yang “all day” itu masih angin-anginan, putrinya mencintai penutup kepala yang benar-benar berfungsi menutupi aurat perempuan. Lagian menurut mama, Jilan memang tampak cantik... sekali dengan jilbab warna-warninya yang modis.
Kemaren malam, Jilan kaget sekali melihat mama, tanpa jilbab tengah berjalan membungkuk ke balkon lantai dua rumah mereka. Mama terlihat menyiram bunga-bunga sambil berjongkok.
“Ma, hati-hati! Nanti kalau ada yang lihat mama bagaimana? Tiba-tiba ada tamu laki-laki bagaimana!” serunya dengan wajah serius dan mata yang membola. Ia lalu sibuk memperhatikan sekitar dengan waspada, bolak-balik melihat pada mama dengan heran.
Mama agak kaget dengan teriakannya tapi segera tersenyum melihat ekspresi Jilan yang sungguh-sungguh mengkhawatirkan dirinya. Bagi mama, perilakunya menunjukkan bahwa Jilan mulai merasa tak rela aurat mamanya akan terlihat oleh orang lain. Kehangatan yang lembut mengalir di hati mama.
“Tidak apa-apa sayang... Disini gelap dan tertutup pagar kebawah, jadi mama yakin tidak akan ada yang melihat. Tapi terimakasih ya, sudah menjaga mama..mmuach..”, ujar mama ambil menciumnya dan berlalu ke dalam.
Jilan tersenyum. Ciuman mama selalu nyaman terasa.
iiihh seneng nya punya putri cantik nan sholehah seperti Jilan ya mba ... ^_^
ReplyDeleteaku juga tak rela mbak
ReplyDeletehehe
Oh indahnya Islam!
ReplyDeletebangga yah dengan putrinya yang sudah beranjak remaja dan mengerti :-))
ReplyDeletesemoga ini juga dapat kita ambil pelajaran buat kita semua,terutama buat saya.
ReplyDeletepertahankan ya jilan.
pintarnya Jilan
ReplyDeletehiya...subhanallah, anakku juga gitu---sibuk ngambilin jilbab kalo ada tamu
ReplyDeleteanak cewekku yang baru 3 tahun, juga ngotot make jilbab kalo keluar rumah, katanya nggak cantik kalo nggak pake jilbab..hehe, padahal anak2 kan keringetan aja terus---
Subhanallah, anak sholehah....
ReplyDeleteAlhamdulillah Mbak Key, menjadi orang tua memang patut disyukuri dengan segala kesenangan dan cobaannya. Karena yah, namanya juga anak-anak, disamping segala perkembangan dan sikap-sikapnya yang membuat kita senantiasa takjub dan bersyukur, juga punya sikap dan kadang bertingkahlaku aneka rupa yang menguji kesabaran kita he he
ReplyDeleteMakasih dah baca ya Mbak...
salam persahabatan dari Padang
Amin...
ReplyDeletebanyak yang dukung Jilan he he
Thank ya Mbak Peri yang baeek...
Amin...
ReplyDeletebanyak yang dukung Jilan he he
Thank ya Mbak Perikecil yang baeek...
Alhamdulillah ya Mas Wisnu...
ReplyDeletethanks ....
Semoga memang senantiasa begitu ya Ustad, karena anak-anak terus tumbuh dan sangat rentan dengan pengaruh lingkungan. Saya tak berhenti takjub sekaligus khawatir he he
ReplyDeleteAmin...
ReplyDeletetrims ya Ukhti...
salam sayang...
Anak-anak Mbak...bagi saya adalah salah satu ladang pelajaran untuk lebih dekat denganNya
ReplyDeleteTeruatam buat bisa sabar ngadepinnya juga he he
Salam hangat..
henny
Subhanallah...pintar sekali ya Mbak putrinya...padahal masih immut...
ReplyDeletepasti dari ngeliat mamanya yang cantik neeh ...
Semoga senantiasa terjaga ya Mbak...
Jilan aja masih moody gitu, cuma saya emang ndak mau maksain...
Semoga kedepan makin baik
Tfs ya...
Cium sayang tuk gadis kecilnya yang sholehah ...
Amiiin Mama Abram...
ReplyDeleteharapan kita untuk semua anak-anak muslim ya Mom...
berat nih tantangan di depan...
thanks ya...