Sunday, November 1, 2009

Nuansa Iman: Membuat Musibah Terasa Ringan

Bila berpedoman pada firman Allah QS Al Hadid, 57:22:

 

Tiada satu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah,

 

maka umat Islam tentulah dapat menyadari bahwa suatu musibah sudah ada dalam rencana Allah. Sehingga, seyogyanyalah seorang muslim dapat menghadapi semuanya dengan lebih tenang dan sabar agar tidak terbawa dalam kepanikan dan keterpurukan yang tak berujung. Dengan berzikir, menyebut asma Allah dan menyadari bahwa kita senantiasa dalam pengawasanNya, ketenangan InsyaAllah didapatkan .

 

QS Ar-Ra'd 13: 28:

(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tentram.

 

Gempa tanggal 30 September 2009 dengan kekuatan yang mampu meluluhlantakkan Sumbar terutama di Padang dan Kabupaten Pariaman sedapat mungkin menyebabkan kaum muslimin dapat mengambil pembelajaran:

 

Dengan musibah ini, kita belajar untuk mempersiapkan diri dengan segala kemungkinan yang akan terjadi.

 

Dengan musibah ini, selayaknya kita melihat tujuan mulia dari Allah, agar musibah membuat kita bermuhasabah, mengevaluasi diri dan berusaha menjadi lebih baik dari sebelumnya.

 

Dengan musibah ini, kita dibawa dan diarahkan untuk menjadi manusia yang saling peduli satu sama lain.

 

 

Agar bisa menjadikan musibah ini terasa lebih ringan, ada beberapa hal yang dapat kita teladani dari Rasullullah ketika beliau dihadapkan dengan musibah. Antara lain adalah:

 

  1. Membandingkan musibah yang kita alami dengan musibah yang pernah terjadi pada zaman para nabi terdahulu, agar kita bisa melihat bahwa musibah yang sedang kita alami masih jauh lebih ringan. Misalnya ketika kita kehilangan orang-orang yang dicintai, berkacalah bagaimana Rasul juga di mengalami beberapa kali hal demikian, terutama ketika meninggalnya paman dan istri yang sangat beliau cintai dan sedang sangat dibutuhkan. Merasa sedih dan kehilangan adalah sangat manusiawi, namun pada gilirannya kita harus dapat bangkit dan menghadapi kenyataan.

  1. Menyadari bahwa selama kita masih hidup di dunia, kemungkinan akan datangnya musibah akan selalu ada, dalam bentuk yang berbeda-beda pula.

  1. Menyadari bahwa semakin tinggi tingkat keimanan seseorang, ujian yang akan dialami semakin berat pula

QS. Al-Ankabut, 29: 2-3:

 

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan; “Kami telah beriman”, sedangkan mereka tidak diuji lagi?

Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan seungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.

 

 

Disarikan dari acara interaktif mingguan Nuansa Iman TVRI Sumbar, 23 Oktober 2009, 17.00-18.00 WIB, Narasumber: Ustad Suhefri, MAg- Fakultas Adab (Budaya Islam) IAIN Imam Bonjol Padang. Tema: Jadikan Musibah Pemicu Kualitas Iman

1 comment:

  1. Si-siaplah kalian, sudah diramalkan para pakar akan ada gempa besar lagi dan tsunami besar yad. di tempatmu. Pratikan ni, ilmu para pakar tu dari Tuhan, kerna tu kalian dapat anggap pringatan ni juga dari Tuhan.

    Jangan berskikap seperti lalu, semua gempa-besar dan tsunami dahsyat yang lalu pun sudah diramalkan pakar ybs sebelumnya. Apa ada kepedulian, tanggap dan si-siap?.

    Diperlukan kepedulian pok (klompok), lem-lembaga swasta dan sus nya pmerintah dari bawah sp. atas. Usaha-besar terencana, terpadu dan terlaksana baik diperlukan.

    Kiranya kalau ni pun juga terjadi ketakpedulian, apa lagi yang dapat dikatakan tuk bangsamu, kecuali bangsa bebal?.

    ReplyDelete