Monday, November 2, 2009

Musibah Setelah Musibah

Buya H. Gusrizal Gazahar, Lc. MAg.,  Ketua Bidang Fatwa MUI Sumbar menuturkan bahwa  pada masa rehabilitasi pasca Gempa 30 September 2009 seperti sekarang ini, masyarakat memerlukan perhatian dan bimbingan lebih dari para dai dan ulama serta saudara seiman agar dapat menyikapi musibah secara benar dan tetap kuat mempertahankan akidah.

Menurut beliau, tanda-tanda adanya upaya pembelokan akidah mulai terasa di beberapa titik Kabupaten Padang Pariaman yang sedang berduka dan dengan terseok tengah berupaya bangkit dari keterpurukan. Masyarakat yang sangat membutuhkan bantuan banyak pihak untuk bertahan

dan bangkit dari derita amatlah rentan dipengaruhi. Menurut Buya, Rasulullah Muhammad saw sangat mengkhawatirkan hal seperti ini ketika musibah terjadi dimasa beliau, sehingga Rasul sangat konsen memperingatkan agar jangan sampai terjadi musibah yang lebih besar setelah sebuah musibah terjadi. Musibah besar yang dimaksud adalah: tergoyahkannya akidah ummat.

Untuk itu MUI Sumbar menghimbau agar masyarakat selektif menerima bantuan dan tidak menerima tawaran bantuan asing maupun lokal yang diboncengi niat-niat terselubung. Ummat Islam sendiri juga dihimbau untuk menunaikan zakat, wakaf infak dan memupuk solidaritas sehingga dapat lebih leluasa untuk membantu saudara seiman yang tengah mengalami cobaan. MUI bersama ormas Islam di Sumbar tengah menggiatkan proses rehabilitasi korban gempa dengan kegiatan pendampingan di lapangan dalam segala aktifitas keseharian, disamping senantiasa mengadakan majlis-majlis ilmu untuk memperteguh keimanan ummat.

Agar masyarakat korban gempa tidak merasa pesimis dan kebingungan dalam menyikapi bencana, MUI Sumbar juga berupaya mensosialisasikan kepada masyarakat tentang cara mukmin bersikap pasca bencana. Sejenis buku-buku saku yang bertemakan: “Bencana, Fitnah atau Azab” dan “Menyikapi Bencana dengan Islam” disebarkan sebagai salah satu upaya untuk membuat masyarakat lebih tenang dalam menyikapi musibah.

Diibaratkan seperti dua mata pisau,  jangan menganggapnya musibah ini sebagai Azab Allah, karena selama masih ada takbir dan orang-orang yang berzikir, semua ini bukanlah azab. Tapi jangan pula menganggap musibah gempa Sumbar sebagai suatu kejadian yang ringan saja sehingga tidak membuat ummat berupaya untuk meningkatkan taraf keimanan.

Menyadari bahwa keimanan seseorang tidak dapat dibentuk secara instant, beberapa hal penting dalam berdakwah perlu mendapat perhatian penggiatnya, antara lain dengan memperhatikan secara serius mengenai materi yang disampaikan, metoda, kesiapan pelaku dakwah dan menggunakan fasilitas penyampaian dakwah yang sesuai bagi ummat.


*Disarikan dari acara Nuansa Iman edisi 30 Oktober 2009 di TVRI Sumbar dengan tema: Musibah dan Perubahan Akidah

Foto kanan: Buya masih berdiskusi dengan kru sehabis acara

Foto kiri: Buya memperlihatkan salah satu brosur yang ditemukan disebarkan dilokasi korban gempa pariaman

 

1 comment:

  1. Ketika ditanya pemirsa mengenai sikap yang harus diambil terhadap bantuan Israel yang telah disalurkan ke rumah sakit di Pariaman, Buya Gusrizal menjelaskan bahwa MUI Sumbar meminta agar mengembalikan saja. Bantuan berupa obat-batan, yang ketika di cek ke lapangan, berlabelkan Israel dan ternyata bukanlah merupakan kebutuhan mendesak bagi rumah sakit Pariaman seperti yang diberitakan media. Perbuatan keji Israel kepada warga Palestina akir-akhir ini semakin meningkat dan sungguh sangat menyakitkan umat muslim. Adalah sangat aneh bantuan yang dikirim dikatakan atas nama kemanusiaan untuk Sumbar, sedangkan pada saat yang sama Israel bertindak sebaliknya pada saudara kita di Palestina

    ReplyDelete