Monday, May 30, 2005

Sang Ultraman.




Pengalaman baru Jilannisa, minta tanda tangan Idola.

Pertunjukan Ultraman di Supermarket dekat rumah kami ini tergolong biasa dari segi mutu shownya, setidaknya dari kacamataku. Stagenya terlalu sederhana untuk cerita dan sound yang sangat bagus, terkesan sengaja cukup dibuat sebegitu, sehingga terasa ada yang "hilang".
Kami khusus datang menonton demi Jilannisa. Padahal pada saat yang sama International Friendship Day, dimana aku dapat tugas masak gado-gado yang mewakili Makanan Indonesia, lagi berjalan, untung Lina san bersendia membantu menjualkan, sebab nasi kuning yang dimasaknya gagal, kelembekan, dan yang jadi cuma dari 3 cup beras, jadinya menu kami saling melengkapi ha ha. Untungnya pula Mikito san, koordinator acara mau mengerti kami pamit pulang lebih cepat, karena Jilannisa sudah menunggu kesempatan ini sejak lama (dia mengingat terus jadwalnya sejak papanya memberitahukan iklan acara ini), dan aku sudah bilang jauh-jauh hari tentang kemungkinan hanya bisa bikin makanan saja dan tidak bisa ikut performance serta acara lainnya karena alasan deadline thesis. Mana pula Prof. Nakamura Koji malah sedang menungguku di kantornya. Bayangkan, hari minggu sibuk begini ?, Oh Profku sayang...memang begitulah dirimu...hu hu
Sambil sedikit menyayangkan mutu dan cemas soal Profku yang sedang menunggu, aku tetap meliput acara itu.

Ceritanya tentang mainan milik seorang pemuda (Machan) yang dibuang ketempat sampah padahal masih bagus, mainan tak rela, lalu berubah jadi monster jahat.

Anak-anak sangat antusias jagoannya bisa dilihat langsung. Mereka sangat bersemangat menyemangati Ultraman melawan "sijahat" dan akan sangat ketakutan ketika "sijahat" muncul menyeramkan. Saat ketakutan mereka langsung tenggelam dalam pelukan orang tua masing-masing. Jilannisa malah sempat menggigil sambil memeluk papanya dengan kuat.

Tapi ketika ultraman in action sebagai pahlawan, mereka akan berdiri dan:
"Ganbare.....ultraman..ganbare...!.(ayo ultraman kamu bisa..! maju terus..!.kira-kira begitu)" semua bersorak, mengacungkan tangan, semangat dan larut dalam emosi..., seperti pernah latihan sorak-an.

Akhirnya dengan menghibur diri, kukatakan padaku sendiri "Bukankah ini pertunjukan buat anak-anak?, tenanglah..".

Ya, tentu saja, lihatlah gadisku dengan sabar antri menunggu gilirannya, lalu tanpa ragu dan malu minta tanda tangan, dan berfoto dengan tokoh perkasanya itu, kesempatan yang tak mudah kudapatkan ketika kecilku.
"Berbahagialah dirimu anakku", aku membatin, senang...
Alhamdulillah...


Kanazawa, 29 Mai 2005, Jusco

7 comments:

  1. Ultraman.... kesukaan saya dulu nih... yg heran anak2 Jepang masih pada suka ya...yang konyol, waktu adik saya menikah, kami ramai2 foto gaya ultraman juga :)
    agam

    ReplyDelete
  2. Sepertinya yang beredar sekarang diproduksi baru lagi, jadi acara ini juga kan sekalian promosi pemutrannya di TV , jadi ceritanya disesuaikan.... kayaknya...
    Foto gaya ultraman? mau dong..liat...

    ReplyDelete
  3. mama henny nggak ikut minta tanda tangan juga ?
    kesempatan yang tidak datang pada waktu kecil, n ternyata datangnya malahan ketika sudah menjadi ibu, hehehe harusnya dimanfaatkan mbak, daripada telat kayak papa.......

    ReplyDelete
  4. Hi hi Mba Wita, saya tidak begitu akrab dengan ultraman, jadi nggak apa-apa, kalau anak lelaki kali akrab ya....
    Lagian kan saya tengah bertugas: meliput acara he he
    Salam ke Ima yang lucu, ajak-ajak dong...

    ReplyDelete
  5. kalau nggak ada hasil jepretan mama henny nggak seru ya....

    insya Allah salamnya saya sampaikan, saya juga dah lama nggak ngunjungin dia......hiks kangen ..........

    ReplyDelete
  6. Aku pernah suka Ultraman tapi waktu belum sekolah dulu ;-)
    Kalau anak-anak tidak apa kok suka ultraman. orangtua juga tak apa ;-)

    ReplyDelete