Monday, May 30, 2005

Sesama panitia: saling menguatkan




Assalamualaikum WW






Mba N yang baik, apakah dirimu masih
gundah?




Diriku jadi khawatir memikirkan dirimu
..




Tapi diriku bisa mengerti kenapa hatimu
gundah...




karena itulah daku menulis rangkaian
kata-kata yang mengalir saja dari kepalaku...subuh ini, daku takut tak bisa
tidur sebelum menuliskannya ....




 




Diriku ingin sedikit memberikan masukan,
agar dirimu jangan terlalu serius memikirkan beberapa ide yang masuk dari daku
maupun teman-teman yang lain yang agak berbeda dari usulan dirimu mengenai menu,
sehingga membuatmu pusing dan daku juga sempat, tapi toh ini belum final dan
keputusan akhir belum diambil. Toh sebagian besar usulannu tetap akan berjalan,
hanya masukan yang baru berupa tambahan menu, dan cara penyajian saja yang
dalam kacamataku dan juga beberapa yang lain akan membuat suasana lebih
bervariasi dan omoshiroi (menarik) bagi nihonjin, kalau kita
bisa memana-nya dengan agak “proff”, at least
terlihat begitu. Sebab, disamping menu, kita berfikir juga tentang acara ini
secara keseluruhan, jadi akan terasa lebih lain, ex:




 




1. Niat utama kita adalah menggalang dana
buat Aceh, acara lain setelah bokin (kotak amal), yaitu festival makanan dilengkapi show
kesenian and info Aceh lewat film/cd dengan narasi, mungkin juga dialog dengan warga Aceh
(pak Nasrullah dn Wawan ad kemungkinan bersedia datang).




 




2. Dari awal, kita harus sadar kalau acara
ini tidak bisa terlalu diharapkan mendapatkan untung besar seperti bokin yang
hanya dengan modal kemauan berdiri dan berteriak kita bisa dapat beberapa man-yen-an( beberapa puluh ribu yen).




Sedangkan acara semacam festival ini akan
menguras tenaga dan waktu lebih bayak, persiapan dan tenaga yang banyak juga,
keuntungan belum tentu "significan"t kalau mengharapkan hanya dari penjualan
makanan beberapa jam. Diriku bisa mengerti dirimu mengharapkan untung besar
dari jajanan pasar, seperti festival sebelumnya yang dirimu alami, tapi
sebesar- besarnya pun mungkin tak akan melebihi pendapatan bokin 3 jam an ( ex,
dari kalkualsi kita kemaren, yang 40 tahu untung 3000, kalau 400 tahu jadi
30.000, mungkin jenis makanan lain cuma dapat 15.000 di total jadi 45.000, coba
lihat waktu dan tenaga yang harus keluar buat mengoreng tahu agar tampil fresh
dibanding tinggal menghidangkan buat makanan yang sudah jadi, tapi jangan
terlalu difikirkan terlalu “serious dulu”, kita lanjutkan ke yang lain). Kalau
diprediksi, sebesar-besarnya keuntungan kalau hanya dari makanan mungkin akan
berkisar 100.000 an, tapi dibandingkan dengan waktu dan tenaga yang dicurahkan
panitia buat masak, pesiapan, latihan dll, tentu jumlah ini akhirnya menjadi
sangat minim atau tidak ada apa-apanya dibanding bokin (at least itulah istilahPak
Dahelmi yang masih lebih semangat bokin he he).Tapi toh niat kita kan buat amal, so,
hal ini tak akan dipermasalahkan siapa-siapa Insya Allah.




 




Diriku pun dari awal sudah memprediksi ini,
tapi hal ini tidak mematahkan semangat ku, terutama karena level acara ini
lebih tinggi dari bokin, kenapa? karena kita menjual "sesuatu" (makanan dan juga
acara), ini jauh lebih bernilai (minimal kalau dinilai dari segi kepuasan kita
secara batin) dari hanya minta sumbangan doang. Ini menyangkut semacam
pemperlihatkan “imeg” kita orang Indonesia
ke minna (semua orang) di Kanazawa.
Jadi, kalaupun untungnya sangat tipis atau almost zero, janganlah bersedih,
setidaknya dengan mengundang mereka, memperkenalkan variasi masakan Ina,
kesenian Ina, suasana sebenarnya lewat CD di Aceh yg terbaru, presentasi dengan power point kita sudah
melakukan "sesuatu" buat Aceh. Efeknya mungkin tak hanya langsung
muncul saat itu, tapi setelahnya, siapa tau setelah tersentuh dengan suguhan
kita mereka berniat menyumbang, entah apa, entah kapan, atau mungkin rasa
simpati saja. Yang kita cari juga adalah kesempatan untuk bicara,memperlihatkan
sesuatu “dari kita”, putra Ina, tidak hanya dari berita TV Jepang.




 




Kemudian kalau masih mau menambah dana yang
masuk, kita usahakan lewat cara lain, daku dari seksi acara punya beberapa ide,
if possible:




1. mencari sponsor kalau mungkin




2. membuat lelang barang/kue dan menjualnya
dengan yang berminant membeli paling tinggi demi Aceh




3. Memasang sebuah box bagi yang ingin
menyumbang secara sukarela, diharapkan setelah menonton VCD atau presentasi
dengan foto-foto, hati mereka akan lebih tergugah menyumbang langsung maupun
furikomi (transfer bank), maupun buat menghargai penyanyi atau penari yang
tampil menghibur nanti.




 




Nah, tugas kita bersama secara umum adalah,
menciptakan sebuah acara makanan, kesenian dan presentasi tentang Aceh secara
profesional, sehingga mereka tak merasa rugi ntuk membeli "kesempatan
untuk hadir" dalam acara kita. Makanan yang disajikan dengan menarik
adalah salah satu kunci menarik atau tidaknya acara ini, tapi yang lain juga
melengkapi.




 




3. Bukankah kalau setiap pemasak yang ingin
menyumbang, mengusulkan berdasarkan prediksi kemampuan yang mereka punya, juga
semangat untuk mnghadirkan "karyanya" adalah "power" yang
sangat berharga untuk menyemangati panitia di acara ini. Yang perlu kita bantu/sie
konsumsi koordinatori adalah bagaimana me"manage" semangat ini untuk
dihadirkan dalam acara, disamping menu yang telah disepakati bersama. Bukankah
ini akan lebih memudahkan dirimu, jikalau mereka (termasuk diriku) memasak
karena happy daripada tertekan, untuk menyiapkan menu yang belum tentu mereka
kuasai or tak ada waktu menyiapkannya, or dll.




Example lagi, daku melihat mba M yakin
sekali kalau rawonnya disukai dulu dan bakal disukai orang nanti, dan melihat
dirimu tak sepaham karena rawon hitam dan khawatir dari segi penampilan. Tapi
tanpa berat ke siapapun, menurut diriku, bukankah sekali lagi kita tak bisa
mengharapkan untung dari makanan terlalu besar, sehingga kalau mereka tak makan
rawon tak ada yang rugi, at least kita panitia juga kan harus makan, dan buat makan kita habisin
rawonnya. Mba Maya yang kalau kita biarkan menyalurkan keinginannya memajang
rawonya dan pasti semangat akan lebih ceria diacara daripada kita larang
menghadirkan rawon dan terpaksa membuat yang lain? Rawon ini hanya
contoh...yang kebetulan benar-benar ada, begitu juga dengan yang lain. Kalau ada
menu usul yang terlalau Aneh, mungkin bisa kite belokkan sedikit selama masih
tak terlalau ekstrim 




 




Sekarang sudah semakin jelas keadaannya,
al:




 




Menu




Nasi putih dengan lauk pauknya ( Dahelmi, Rama, daku, Lina, Maya, Nining dll)




Nasi kuning dan setnya (daku, dirimu dan Maya)




Sayur: asinan, gado-gado , rujak ( Nining,
Ida, daku?, dirimu?)




Jajanan (dirimu ,Maya, Nining, jenisnya
dikurangi saja kalau waktu dan tenaga tak cukup).




Minuman (kalau tenaga tak cukup, juice dan
teh/kopi juga cukup).




 




Semua ang diatas adalah bayangan dalam
kepalaku saja, dan tentu dirimu juga punya bayangan sendiri, demikian pula yang
lain tentu agak lain lagi.




Tetapi daku akan mengerti kalau banyak
perubahan dari bayanganku ini demi kebaikan bersama,dan kesuksesan acara ini.




 




Demikianlah yang terpikir saat ini untuk
diungkapkan kepadamu agar tak terlalu khawatir dan lelah dengan persiapanpan
kita. Kalau ada kata yang salah atau terlihat meggurui, mohon dimaafkan
sebelumnya, karena maksudnya bukan demikian melainkan memberikan pandangan
berdasarkan bayangan/imajinasiku diriku mengenai acara ini.




 




Masalah lain masih banyak yang harus di
proses agar jelas, meliputi tempat, ijin, promosi dan cara penjualan yang
efisien bagi panitia, tamu dan dana, oh iya, Mikito belum telp td malam.




 




Cheers,




Henny









No comments:

Post a Comment