Saturday, June 18, 2005

Mengukir Neraka




Marah
Ketika kubiarkan kau meraja
aku lega
sesaat

Sisakan rasa
bersalah yang perih
luka yang nganga
Panas yang aneh
karena sepertinya
aku telah mengukir neraka
di diri


Astaghfirullahal'adziim...


(Kanazawa 16 Juni 2005, Henny Herwina)

21 comments:

  1. aku juga sering susah menjaga marah tante. Terimakasih ya sudah mengingatkan ;-)

    ReplyDelete
  2. Kembali kasih sayang, ayo memupuk sabar...

    ReplyDelete
  3. Astaghfirullahal'adziim....
    titin masih sering nggak bisa mengontrol marah... :((

    ReplyDelete
  4. huaaaa...!!! hiks! hiks! mba' henny,,, terima kasih journalnya at least mengingatkan diri yg terkadang susah mengontrol hati, jiwa, pikiran & diri kalo sedang marah.... :(

    ReplyDelete
  5. Ngingatin diri sendiri juga Yun, sedih.... kalo ga bisa sabar ya...apalagi sama anak sendiri hiks

    ReplyDelete
  6. Duuuh, bagusnya puisinya, Mba Henny jago berkontemplasi dalam kata-kata pendek ya, ajarin aku mb ^-^
    Mba, boleh usul judulnya gak? Mengukir itu ungkapannya terasa halus dan positif, barangkali lebih enak diksinya kalo diganti Membakar, dan me-me lain yang berdiksi negatif berkaitan dg neraka?

    ReplyDelete
  7. Thanks usulnya Ima sayang...
    Saling membantu ya Ma, soalnya mba sendiri masih sangat takut salah meletakkan kata, ilmu bahasanya jauh...sekali dari terjangkau. Pengennya sih diperiksakan dulu ke ahlinya seperti mba Helvy misalnya sebelum di posting, tapi mana tahaan...hiks. Siapa tahu nanti ada kesempatan ya...(enaknya jadi Faiz he he).
    Maksudnya "melukis" disini sih tadinya mau bilang telah menodai diri sendiri dengan sikap/perbuatan yang dibenciNYA, jadi "membakar" bisa masuk nggak ya...coba kita test dulu..hm...artinya jadi lebih dalam ya? kok kayaknya menarik juga, walau arti yang muncul menjadi agak berbeda...hm hm....
    Belum lagi kecemasan lainnya, untuk memakai kata neraka, sejauh mana boleh digunakan dan dibantu penggambarannya oleh kata-kata lain, dll masih jadi pertanyaan dikepala, butuh banyak saran dan usulnya neeh....

    ReplyDelete
  8. mba...saya senang sekali disindir seperti ini...serius

    ReplyDelete
  9. Ngga niat hlo mba endang he he
    Seumur umur baru kali ini dianggap menyindir tapi disenangi hi hi
    Alhamdulillah...

    ReplyDelete
  10. bermakna sekali.......ketika marah rasanya memang seperti neraka. Tapi yang gak kuat adalah perasaan malu setelah marah

    ReplyDelete
  11. Benarrr sekale.....saat marah kita merasa yakin bahwa apa yang kita lakukan adalah pantas (mungkin karena sedang digoda kali ya) but setelahnya baru deh nyesel senyesel-nyeselnya :( . seharusnyakan bisa diselesaikan dengan adem ayem & gak perlu marah :(

    ReplyDelete
  12. Iya Mas Agung, ketahuan kurang kali dewasa ya, kalau mudah naik darah...
    (thanks dikunjungi, jadi kecipratan kebiasaan baru Mas Agung setelah mengenal MP deh, memuji he he).

    ReplyDelete
  13. Setuju..., thanks Mba Titim
    Seperti kebetulan, baru saja saya buka milis Fahima, dan dapat hadiah hadist berikut ini:

    Dari Abi Hurairah ra bahwasanya seorang laki laki berkata kepada Nabi saw:

    "Berwasiatlah kepadaku".  Sabda Nabi:"Janganlah engkau mudah marah".  Maka diulangi beberapa kali.  Sabdanya "Janganlah engkau mudah marah".

    Diriwayatkan oleh Imam Bukhari (Disadur dari divisi dakwah Fahima)

    Alhamdulillah...

    ReplyDelete
  14. Mbak, menurut mbak , saat kita marah apakah sebaiknya kita tahan kemarahan itu dengan sekuat tenaga, atau cukup kita sadari bahwa kita sedang marah..?

    ReplyDelete
  15. Terimakasih pertanyaanya Pak, saya jadi ikut belajar nih...Alhamdulillah...

    Setelah barusan berusaha melihat beberapa sumber, dapat disimpulkan bahwa, marah sebaiknya "dikendalikan"
    Alasannya, karena marah itu: tercela, membinasakan hati, mengubah fungsi organ tubuh dan mempercepat kematian.
    Cara efektif mengendalikan marah dengan berurutan:

    -memohon perlindungan Allah swt
    -bersikap diam
    -bila diam tidak mempan, cobalah duduk dari berdiri, berbaringlah jika duduk tak mempan
    -berwudhu atau mandilah

    ( selengkapnya: http://www.kotasantri.com/bilik.php?aksi=Detail&sid=189)

    Mohon maaf kalau ada salah kata...
    Salam sayang buat Daffa yang sehat lucu.....sekali....

    ReplyDelete
  16. wah puisinya bagus mbak, makna nya dalam banget, terima kasih sudah mengingatkan

    ReplyDelete
  17. Terimakasih kembali Da Rul, senang ya, bisa saling mengingatkan...
    Alhamdulillah...
    Saya jadi sadar, seperti hal-hal berarti lainnya saja, MP bisa membuat kita merasa sering diingatkan dan bersyukur ya...
    sekali lagi Alhamdulillah...

    ReplyDelete
  18. Ass.wr.wb,
    Buat Tante Henny, salam kenal...dari Doha,Qatar.
    Bagus dan menyentuh banget loh...puisinya...

    Ezthree,mamanya Fadel

    ReplyDelete
  19. Waalaikumsalam WW
    Salam kenal kembali Mba Estri,, senang punya teman dari Qatar, nanti saya berkunjung lagi ya ke "rumahnya", biar tahu lebih banyak....
    Terimakasih komentarnya tentang puisi ini mbak, saya terharu, karena baru belajar. Alhamdulillah.
    Salam sayang buat Fadel....

    ReplyDelete
  20. Waalaikumsalam WW
    Salam kenal kembali Mba Estri, nanti saya berkunjung lagi ya...biar tahu lebih banyak tentang Qatar.
    Tentang puisi, baru belajar mba, terharu dapat pujian. Semoga menularkan manfaat...berapapun adanya, Alhamdulillah.
    Salam sayang buat Fadil, salam kenal juga dari Jilannisa chan.

    ReplyDelete